Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyatakan publikasi ilmiah Indonesia melampaui Singapura dan Thailand pada awal Juli 2018.

"Sekarang di 2018 ini pada awal Juli, Indonesia sudah diangka 14.250 (untuk publikasi ilmiahnya), Singapura diangka 13 ribuan dan Thailand masih di angka 10.000," kata Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir di Cirebon, Jawa Barat, Minggu.

Ia berharap akan ada lebih banyak hasil penelitian anak-anak bangsa Indonesia yang dipublikasikan di tingkat internasional.

"Obsesi saya di 2019 Indonesia harus `leader` (pemimpin di Asia tenggara di bidang publikasi ilmiah," tambahnya.

Jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia yang terindeks global mengalami kenaikan signifikan per 31 Juli 2017 mencapai 9.349 dokumen melampaui Thailand yang mencapai 8.204 dokumen.

Publikasi Ilmiah Internasional merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa selain jumlah kekayaan intelektual, dan tingkat kesiapan hasil ilmiah merupakan pertanda bergeraknya roda-roda penelitian sebagai motor bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi dari sebuah negara.

Pada 2015, sebutnya, ada sebanyak 4.579 perguruan tinggi dibawah koordinasi Kemristekdikti, dengan 257.000 dosen yang ada di bawah Kemristekdikti, Kementerian Agama dan kementerian lain.

Pada saat itu, publikasi ilmiah se-Indonesia hanya mencapai 5.400 dokumen. Sementara, Thailand memiliki 9.500 hasil penelitian yang telah dipublikasikan, padahal saat itu ada 140 perguruan tinggi di negara itu.

Sedangkan Singapura yang kala itu memiliki jumlah di bawah 20 perguruan tinggi memiliki 18.000 publikasi ilmiah dan Malaysia mempunyai 28.000 publikasi ilmiah.

Untuk mendongkrak jumlah publikasi ilmiah Indonesia, menurut Nasir pihaknya mengeluarkan kebijakan bahwa dosen/guru besar dan rektor wajib melakukan publikasi ilmiah.

Makanya dengan kebijakan itu, pada 2017, publikasi ilmiah Indonesia telah mencapai 18.500 dokumen sementara Thailand di angka 16.500 dokumen.

Pada 2016 berdasarkan data basis Scopus, lembaga penghimpun karya ilmiah dunia, Indonesia menghasilkan 11.750 publikasi.

Dia terus mendorong para peneliti dan dosen melakukan riset untuk kemajuan dan pembangunan bangsa serta mempublikasikan hasil-hasil riset mereka.

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018