Mataram (ANTARA News) - Korban gempa 7 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Minggu (5/8), di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang masih berada di tenda-tenda pengungsian mulai mengkhawatirkan kesehatannya.

Salah seorang pengungsi dari Desa Kekait di Kecamatan Gunungsari, Anisa (24), saat ditemui Antara di posko pengungsian di Lombok Barat, NTB, Kamis, mengaku khawatir dengan kondisi kesehatan bayinya jika hujan kembali turun. 

"Tadi malam saja sekitar jam tiga, hujannya deras sekali. Kita jadi tidak bisa tidur, airnya ngalir masuk ke tenda, bagaimana ini ya, bingung mau ke mana," kata Anisa.

Ibu satu anak yang kondisi rumahnya sudah rata dengan tanah pascagempa ini mengatakan sudah dua hari terakhir balitanya tidak bisa tidur nyenyak. Karena itu dirinya sangat mengkhawatirkan kondisi sang buah hati.

"Anak saya dua hari ini tidurnya kurang. Di sini banyak nyamuk, kalau ada (minta) minyak telon pak," pintanya sembari mengibaskan selendang di atas tubuh anaknya yang sedang tidur lelap.

Begitu juga dengan warga Jambianom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Ahmad (32), yang ketika ditemui Antara terlihat sedang terbaring lemas dengan wajah pucat di atas sebuah tikar berteduhkan pohon mangga.

"Demam pak, sudah dua hari. Sudah ke dokter," kata istrinya yang sedang memijit kepala Ahmad.

Dari pantauan Antara, pascagempa menggoncang Pulau Lombok dan sekitarnya, banyak warga membangun tenda pengungsian darurat sendiri. Ini bukan hanya karena kondisi rumahnya yang mengalami rusak berat, namun juga karena khawatir akan terjadi gempa susulan.

Baca juga: Pengungsi Lombok Utara mulai terserang penyakit

Baca juga: Bantuan korban gempa menumpuk di kantor pos

 

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018