Kalau melancong ke China, jangan lupa mampir ke Kota Xi'an di Provinsi Shaanxi, tempat kuliner halal dijajakan di kedai pinggir jalan mau pun restoran-restoran dengan gaya arsitektur zaman kejayaan Dinasti Ming dan Qing.

Di Jalan Pusat Budaya Muslim Bei-Yuan-Men, ada jalan khusus bagi pejalan kaki yang melingkar sepanjang kurang lebih 1.100 meter. Di sepanjang jalan itu, pramusaji kedai atau restoran yang mengenakan busana muslim dan muslimah khas China mendemonstrasikan cara membuat makanan seperti gula-gula atau menyayat daging domba yang digantung di depan restoran mereka.

Wen Boya sudah beberapa kali mengunjungi tempat wisata yang dibangun antara masa Dinasti Ming dan Qing tersebut. Menurut dia kawasan itu selalu padat wisatawan dari dalam maupun luar negeri pada hari-hari libur.

"Pada hari libur nasional China seperti pada tanggal 1 Oktober, kawasan ini sangat padat oleh pengunjung baik tua maupun muda untuk menikmati suasana hari raya serta makanan dan minuman halal," kata Wen Boya, warga China.

Kepada Antara, ia menawarkan makanan khas kawasan tersebut yang dinamai kue persimon, panganan sebesar kue pastel berwarna merah kekuningan yang terbuat dari umbi-umbian dengan isi kacang-kacangan dan wijen.

Di sana, pelancong bisa menikmati keramaian pasar yang menjajakan aneka makanan dan minuman halal serta barang-barang seperti pakaian, kerudung, tas, boneka, gantungan kunci, serta miniatur bangunan bersejarah dan patung terakota.

"Rata-rata harga di sini berkisar antara 15 hingga 100 Yuan bergantung pada jenis barangnya," kata Wen Boya, seorang pegawai perusahaan industri berat terkemuka di Xian, saat mengantar wartawan Indonesia ke kawasan wisata tersebut.

Kalau lapar, pengunjung bisa langsung menuju kedai-kedai yang menjual makanan berat seperti bubur manis dari nasi dan kacang-kacangan, daging domba goreng, pangsit, bakmi dingin, atau ketan bertabur manisan kurma.
 
Seorang penjual makanan halal melayani pembelinya di pasar Jalan Ben Yuan Men, kawasan komunitas muslim di Xi'an, Cina, Sabtu (29/9/2018). Kawasan itu merupakan tempat komunitas muslim terbesar di kota Xi'an dengan pemeluk Islam mencapai 80 persen dan juga merupakan salah satu komunitas muslim terbesar di Cina. ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna/foc.

Wisata Religius

Boya mengatakan sekitar 80 persen penduduk Xian pemeluk Islam dan daerah tujuan wisata itu memiliki masjid dengan arsitektur bergaya zaman Dinasi Ming dan Qing dan bahan bangunannya sebagian besar berasal dari masa itu.

Masjid Raya Xi'an menurut catatan sejarah yang tertera pada batu prasasti dibangun tahun 742 Masehi pada masa kekuasaan Kaisar Xuangzong Li Longji dari Dinasti Tang. Masjid itu terus dikembangkan semasa Dinasti Song, Yuan, Ming dan Qing.

Tempat ibadah berusia sekitar 1.276 tahun itu sekarang menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun asing, termasuk yang non-muslim. Pengunjung diperbolehkan masuk ke area masjid melalui beberapa gapura kuno yang terbuat dari kayu dengan ukiran khas masa Dinasti Ming dan Qing.

Larry Zheng, yang pernah mengantar wartawan Indonesia ke masjid itu, menuturkan pelancong muslim dapat masuk ke dalam masjid untuk beribadah sembari menikmati keindahan arsitekturnya.

"Namun pengunjung asing yang non-muslim hanya diperbolehkan berada di kompleks bagian luar tempat ibadah untuk melihat dari dekat aktivitas masyarakat muslim dan keindahan arsitektur masjid serta bangunan-bangunan di sekitarnya," kata Larry, pegawai industri berat di China.

Sebelum memasuki kawasan wisata religi tersebut, pengunjung dapat memperoleh informasi awal tentang masjid raya dari imam masjid, H. Mohammad Isherg alias Jia Xiping, yang juga menawarkan beberapa produk cinderamata dan buku tentang Masjid Raya Xi'an di toko milik adiknya.

"Silakan belanja di toko milik adik saya ini. Harga-harganya lebih murah di banding barang-barang yang dijual di toko-toko lain," kata Mohammad Iserg sambil menunjukan buku-buku tentang Masjid Raya Xi'an.

Imam masjid yang berasal dari keluarga muslim dan mulai belajar Islam sejak kecil tersebut pernah menimba ilmu dari beberapa imam terkenal di China seperti Ma Qinhua, Li Tingxian dan Ding Jiping serta pernah belajar tafsir Al Quran, hadis dan hukum Islam.

Dia juga pernah belajar tentang Islam di Lembaga Islam China dan berpartisipasi dalam Pelatihan Imam Dunia di Universitas Al-Azhar, Mesir, serta telah menulis buku tentang Masjid Raya Xi'an, yang telah menjadi unit benda budaya dan bersejarah yang dilindungi.

Dengan Bahasa Indonesia yang cukup fasih, Imam Mohammad Isherg menjelaskan bahwa masjid tersebut berdiri di lahan seluas sekitar 13.000 meter persegi dan mencakup bangunan seluas 6.000 meter persegi yang berbentuk persegi panjang, memanjang dari arah timur ke barat, dan terbagi atas lima halaman.
 
Suasana di sekitar bangunan Bel Tower, tempat bel raksasa (Bel Jingyun) di Xian, Cina, Rabu (26/9/2018). Bel yang menjadi simbol kota Xian ini dibangun pada masa dinasti Ming tahun 1384, berada di bangunan seperti benteng seluas 1.377 m2. ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna/aww.


Sejak mulai terbukanya pintu gerbang China ke dunia luar pada 1978, Masjid Raya Xi'an telah menarik lebih dari 10 juta wisatawan asing dari berbagai negara termasuk Hong Kong, Macao dan Taiwan. Masjid itu juga telah menerima beberapa tamu negara termasuk pejabat-pejabat pemerintah, kepala-kepala negara dan tamu-tamu kehormatan lainnya dari seluruh dunia.

Di luar kawasan masjid, pelancong juga bisa mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah lain seperti Menara Genderang (Drum Tower) dan Menara Lonceng (Bell Tower).

Menara Genderang yang dibuat pada masa Dinasti Ming tingginya 1,8 meter serta berdiameter 2,83 meter di bagian kepala dan 3,43 meter di bagian perutnya. Beratnya 1.800 kilogram.

Sementara itu, lonceng raksasa yang digantung di depan Menara Lonceng tingginya 2,47 meter dan beratnya hampir enam ton.

Benda bersejarah di Xi'an yang dibuat pada masa Dinasti Tang itu semula digunakan untuk berbagai kepentingan seperti penanda waktu dan penanda bahaya saat musuh datang selain dijadikan alat musik.

Baca juga: Lanzhou, surga kuliner halal di China
Baca juga: Garuda buka rute Bali-Xian-Xhengzhou


 

Pewarta: Bambang Purwanto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018