Jakarta (ANTARA News) - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap  dolar AS ternyata tidak memengaruhi jumlah penjualan laptop Asus, meskipun perusahaan asal Taiwan tersebut telah menaikkan harga.

"Penjualan kuartal 3 jauh lebih baik dibanding di kuartal 1 dan 2, kami tidak punya dampak lain karena nilai tukar rupiah," ujar Asus Indonesia PC PM Lead, Frank Wang, usai peluncuran Zenbook S UX391UA di Jakarta, Selasa.

"Kami menaikkan harga, tapi market share kami tetap dan bahkan lebih dibandingkan kuartal sebelumnya," sambung dia.

Meski demikiian, Frank mengaku pelemahan rupiah membawa "situasi yang berat" bagi Asus karena terpaksa harus menaikkan harga laptop.

Dia mengatakan bahwa Asus telah menaikkan harga untuk end-user secara bertahap mulai dari tahun lalu.

"Kami berharap dapat mempertahankan harga, tapi nilai tukar sangat mempengaruhi pasar kami dan kami perlu untuk kembali menyesuaikan harga kami," kata Frank.

"Mulai Q3 (kuartal 3) rata-rata naik sekitar 5 persen di semua segmen, untuk high-end naik lebih banyak 7-10 persen," lanjut dia.

Namun, jumlah penjualan pada Q3 lebih baik dari kuartal sebelumnya karena, menurut Frank, Q3 adalah masa di saat siswa kembali ke sekolah, sedangkan Q2 penjualan sangat lambat karena bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Sementara itu, untuk Q4, Frank memperkirakan jumlah penjualan tidak jauh berbeda dari Q3.

"Menurut saya (Q4) mirip dengan Q3 karena Q3 dan Q4 adalah peak season di Indonesia karena back to school dan karena holiday, jadi kuartal ini kami juga kuat dan positif," ujar Frank.

Baca juga: Asus luncurkan laptop premium Zenbook S

Baca juga: Tak takut kompetitor, Asus pasang target tinggi untuk pasar premium

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018