Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah Aceh berusaha meningkatkan kesiagaan warga menghadapi bencana dengan secara berkala menggelar simulasi evakuasi dalam keadaan gempa dan tsunami selepas gempa besar dan tsunami 14 tahun silam.

Di Museum Tsunami dan Masjid Muhammadiyah, Banda Aceh, Sabtu, sekitar 5.000 pelajar dan guru dari 14 sekolah terlibat dalam simulasi evakuasi mandiri bencana gempa dan tsunami yang merupakan bagian dari Festival Sekolah/Madrasah Aman Bencana (SMAB) 2018.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Dinas Pendidikan Aceh itu, skenarionya kawasan berjuluk Serambi Mekkah sedang mengalami gempa.

Raungan sirine dari beberapa mobil milik Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Dinas Pemadaman Kebakaran, dan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat menandai awal gempa dalam simulasi itu.

Anak-anak sekolah kemudian menjerit, dan sebagian lagi sambil menangis, sementara guru-guru dan petugas keamanan sekolah berusaha menenangkan mereka sambil mengarahkan anak-anak untuk berlindung di bawah meja dengan menutupi bagian kepala menggunakan tas ransel masing-masing.

Setelah gempa mereda, para guru dan pegawai sekolah memandu anak-anak menuju ke titik kumpul sementara di halaman sekolah.

Tidak lama berselang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa gempa yang terjadi berpotensi menimbulkan tsunami.

Sirine dari sistem peringatan dini tsunami kemudian menyala di Banda Aceh. Relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan mobil Dinas Perhubungan juga meneruskan informasi dari BMKG tersebut kepada warga sambil meminta warga menuju ke titik-titik aman.

Informasi mengenai potensi tsunami mendorong ribuan pelajar dari 14 sekolah di kawasan Blangpadang bersama guru-guru mereka bergerak cepat menuju ke titik evakuasi di Museum Tsunami Aceh dan Masjid Muhammadiyah.

Sementara itu, para sukarelawan dan petugas dari instansi terkait terus memantau informasi dari BMKG, dan Pusat Pengendali Operasi BPBA. Sekitar 30 menit kemudian, BMKG mengumumkan pencabutan peringatan potensi tsunami.

Ketua Forum PRB Aceh Nasir Nurdin mengatakan kegiatan dalam semua tahapan skenario simulasi mulai dari saat terjadi gempa, upaya guru-guru dan petugas sekolah, dan evakuasi ke titik kumpul akan dinilai oleh tim yang dibentuk oleh pelaksana.

"Kita akan lihat sejauh mana kesiapsiagaan pihak sekolah menghadapi bencana. Ini bagian dari upaya kita dalam melatih kemampuan menuju masyarakat tangguh menghadapi bencana," kata Nasir.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBA Bobby Syahputra menekankan pentingnya edukasi tanggap bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan mengantisipasi dan menghadapi bencana dalam upaya meminimalkan jumlah korban dan kerusakan akibat bencana.

"Edukasi semacam ini akan terus kita giatkan terus menerus dalam rangka membiasakan diri. Jika terjadi keadaan darurat, kita tahu akan melakukan apa dan bagaimana," katanya.

Ia mengatakan tanggung jawab edukasi mengenai kebencanaan bukan hanya ada pada pemerintah.

"Melainkan menjadi tugas bersama sesuai dengan trilogi, yakni pemerintah, swasta, dan dunia usaha," katanya.

Festival SMAB 2018 yang berlangsung Sabtu dan Ahad juga meliputi aneka permainan bertema bencana, lokakarya tentang kebencanaan, dan pemberian penghargaan kepada mereka yang aktif dalam kegiatan atau penelitian terkait pengurangan risiko bencana.

Baca juga:
Pelajar Aceh Barat latihan hindari dampak tsunami
Membangun budaya sadar bencana


 

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018