Palangka Raya, 15/12 (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menyediakan anggaran ratusan juta rupiah, sebagai bentuk dukungan dan partisipasi terlaksananya ritual `Tiwah Massal` dari 2 November hingga 20 Desember 2018.

Anggaran ratusan juta rupiah itu untuk membayar `Laluh Basir` atau upah Basir yang bertindak sebagai rohaniawan saat pelaksanaan Tiwah, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Guntur Talajan di Komplek Balai Hindu Kaharingan Palangka Raya, Jumat.

"Saya mewakili bapak Gubernur Sugianto Sabran telah menyerahkan anggaran itu kepada salah seorang perwakilan Basir. Ada delapan orang Basir yang memimpin ritual `Tiwah massal` itu, dan semuanya sudah dilunasi upahnya," tambah dia.

Ritual Tiwah merupakan prosesi pengangkatan tulang-belulang orang umat Hindu Kaharingan yang telah meninggal dunia, dan dikubur dalam waktu cukup lama. Di mana tulang-belulang yang diangkat tersebut dibersihkan, lalu dipindahkan ke rumah kecil bernama Sandung.

Guntur mengatakan kedudukan dan peran Basir sangat penting dalam memimpin serta melaksanakan ritual `Tiwah Massal` terlaksana dengan baik dan lancar. Untuk itu, Gubernur Kalteng meminta disediakan anggaran untuk membayar upah para Basir.

"Bapak Gubernur ingin pemerintah harus membantu pelaksanaan ritual `Tiwah Massal`. Sebab, ritual tersebut salah satu budaya dan adat nenek moyang suku Dayak, sehingga harus dipertahankan dan dilestarikan," ucapnya.

Sekarang ini para Basir menyelesaikan salah satu ritual Tiwah yakni `Balian Balaku Untung`. Prosesi itu bertujuan untuk mendoakan para keluarga yang menggelar Tiwah, sekaligus Provinsi Kalteng menuju BERKAH (bermartabat, elok, religius, kuat, amanah, harmonis).

Dia mengatakan `Balian Balaku Untung` yang merupakan prosesi terakhir dari `Tiwah Massal` dilaksanakan sepanjang waktu dan akan berakhir pada 20 Desember 2018.

"Ritual Tiwah tahun ini berjalan lancar dan diikukti ribuan masyarakat yang datang menyaksikannya. Bapak Gubernur berharap di tahun-tahun mendatang ritual Tiwah itu tetap dilaksanakan," demikian Guntur.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018