Semarang  (ANTARA News) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mempunyai gagasan berupa terhubungnya jalur transportasi antarprovinsi di Pulau Jawa untuk memangkas biaya logistik dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Rencananya infrastruktur berupa jalan tol yang menghubungkan beberapa provinsi di Pulau Jawa tersebut akan dioperasikan pada akhir 2018.

Nantinya jalan tol Trans-Jawa akan memiliki panjang sekitar 800 kilometer yang membentang dari Merak hingga Banyuwangi, namun pemerintah baru memastikan jalur Merak-Probolinggo yang bisa rampung pada tahun ini.

Pembangunan jalan tol Trans-Jawa tidak hanya menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya, melainkan titik-titik perekonomian baru yang juga terus bermunculan sebagai respons atas pembangunan tersebut.

Dengan adanya jalan tol Trans-Jawa ini diharapkan keadilan sosial dan pemerataan akan semakin nyata di seluruh wilayah karena distribusi barang dan jasa juga semakin lancar.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno bahkan melakukan Ekspedisi Tembus Tol Trans-Jawa guna mengecek langsung progres pembangunan proyek strategis nasional yang telah dinantikan sejak puluhan tahun terakhir.

Saat mendampingi Presiden Jokowi meresmikan Jalan tol Pejagan-Pemalang seksi III dan IV di Tegal, Jawa Tengah pada 9 November 2018, Menteri Rini menyakini terkoneksinya jalan tol Trans-Jawa akan berdampak positif terhadap perekonomian.

Selain biaya logistik yang lebih murah karena akses transportasi yang lebih cepat dan efisien, jalan tol Trans Jawa juga membuka lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan perekonomian di daerah yang dilalui proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perhubungan itu.

"Dengan adanya jalan tol, lokasi-lokasi dekat pintu keluar masuk jalan tol pun tentu akan berkembang cepat sebagai kawasan bisnis, baik industri perdagangan, jasa keuangan dan sebagainya. Tol Trans-Jawa juga akan meningkatkan pertumbuhan kawasan properti," ujar dia.

Peran Pemda

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pemangku kepentingan di daerah-daerah yang terdampak pembangunan jalan tol Trans-Jawa agar mulai memperkenalkan potensi lokal agar tidak sekadar menjadi perlintasan   lalu-lalang kendaraan saja.

Menurut dia, daerah-daerah terdampak bakal terangkat pertumbuhan perekonomiannya karena akan semakin diminati investor maupun wisatawan.

"Maka bupati harus mempersiapkan, ini daerah-daerah yang seksi untuk pertumbuhan. Batang dan Kendal ini jadi dua kabupaten yang diincar untuk pertumbuhan," katanya.

Politikus PDI Perjuangan itu juga mengusulkan agar tempat istirahat atau rest area di beberapa titik jalan tol pada jalur tol Trans-Jawa bisa menjadi tempat untuk berjualan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai bentuk dukungan terhadap ekonomi kerakyatan.

Hal ini terkait keluhan pedagang yang merasa pembangunan jalan tol secara masif di  Jawa Tengah justru berdampak pada menurunnya omzet pedagang oleh-oleh maupun cenderamata di sejumlah titik, seperti para pedagang batik dan telur asin di sepanjang jalur pantai utara.

"Tapi, kalau para pedagang diizinkan berjualan di `rest area` jalan tol dengan harga sewa yang tidak terlalu mahal, diharapkan akan menaikkan omzet masing-masing," ujarnya.

Menurut Ganjar, pemerintah daerah harus menerbitkan regulasi yang mengatur alokasi rest area  jalan tol untuk para pedagang berskala kecil atau biaya sewa kios tidak memberatkan para pedagang.

Terkait dengan usulannya tersebut, Ganjar mengaku sudah menyampaikan secara lisan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendukung ekonomi kerakyatan, khususnya para pelaku UMKM.

Selain mengusulkan agar "rest area" jalan tol diisi oleh pelaku UMKM di berbagai bidang, mantan anggota DPR RI itu mendorong lahirnya kewirausahaan sosial dengan mengedepankan aspek alam dan sosial, guna menunjukkan kekayaan Jateng, baik itu berupa kerajinan, kuliner, kesenian maupun keindahan alam.

Ganjar berpendapat bahwa pembangunan  rest area di jalan tol tidak harus selalu berorientasi keuntungan karena selain menjadi tempat istirahat bagi pengguna jalan tol, "rest area" juga tidak menutup kemungkinan akan menjadi destinasi baru yang benar-benar menggambarkan Jawa Tengah dengan desain modern.

Pendopo 49

Terkait dengan dorongan lahirnya kewirausahaan sosial yang digagas Gubernur Ganjar, Astra Property menyatakan ingin ikut membantu degan berencana membangun "rest area" yang diberi nama Pendopo 49 dan diharapkan akan menjadi andalan.

"Rest area" yang diklaim terindah di Indonesia itu akan dibangun di KM 49 ruas jalan tol Semarang-Solo dan didesain sebagai etalasenya Jawa Tengah.

Pendopo 49 antara lain akan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang serta pemandangan yang indah, termasuk beragam kuliner, dan kerajinan khas Jawa Tengah dengan desain yang futuristik.

Bahkan di "rest area" itu bakal dibangun pula panggung terbuka untuk pertunjukan kesenian yang sudah menjadi ciri khas wilayah tersebut.

Sementara itu, Bupati Kendal Mirna Annisa mengatakan sudah jauh-jauh hari jajarannya menyambut pembangunan jalan tol Trans-Jawa, terutama ruas Semarang-Batang.

Persiapan yang dilakukan mulai dari membangun infrastruktur penunjang, pembenahan lokasi UMKM sampai peningkatan sumber daya manusia.

Berbagai pelatihan UMKM memang terus dilakukan agar produk Kabupaten Kendal semakin `marketable`, bahkan hampir setiap kecamatan telah diminta memiliki produk unggulan. Contohnya di Weleri, ada UMKM kerupuk bandeng,  gula aren dan gula semut yang sudah siap mengisi peluang.

Jadi, rencananya akan ada semacam subsidi silang, misalnya kecamatan A penghasil telur, kecamatan B penghasil beras, yang kemudian dua wilayah itu saling melakukan kemitraan. Ini akan diberlakukan di semua kecamatan dan sudah dibuat aturannya, ujar Mirna.

Kepada warganya, Bupati terus mengampanyekan agar terus menyesuaikan terhadap perkembangan pembangunan, supaya daya saingnya terus meningkat, namun tetap mempertahankan identitas Kendal sebagai wilayah santri.

Dalam menjalankan UMKM warga Kendal tetap menerapkan pegangan hidup santri yang mengedepankan gotong royong dalam melakukan berbagai kegiatan, termasuk dalam berusaha.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi pemda-pemda untuk khawatir  jika usaha rakyat di wilayahnya mati akibat pembangunan jalan tol tersebut  karena yang akan terjadi justru sebaliknya, perekonomian rakyat bakal meningkat jika pengelolaannya tepat dan sungguh-sungguh.

Baca juga: Pemerintah permudah akses destinasi wisata sepanjang Tol Trans-Jawa
Baca juga: Integrasi Tol Trans Jawa dan kawasan industri kurangi biaya
 

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018