Tema dekorasi Natal tahun ini kekayan dan keindahan alam Indonesia sebagai ajakan bagi umat untuk bisa lebih menghargai, lebih bersyukur dari apa yang kita dapatkan dari kekayaan dan keindahan Indonesia,
Jakarta (ANTARA News) - Seorang gadis kecil menarik tangan ibunya untuk minta difoto di depan replika andong yang ditarik dua rusa terbuat dari rotan dan dikendalikan kusir berpakaian dan bertopi merah ala Sinterklas.

Gadis kecil bernama Joyce (8 tahun) mengenakan gaun putih yang menjadi kostum dalam drama anak-anak pada Misa Keluarga untuk memperingati Natal 2018 di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (25/12)

Joyce dan ibundanya yang tinggal di wilayah Gereja Santo Antonius Padua yang meliputi daerah Jakarta Timur merupakan bagian dari kepanitiaan Natal 2018 di Katedral Jakarta.

"Saya tadi menyanyi di drama Natal, jadi salah satu malaikat," kata Joyce yang didampingi ibunya, yang menambahkan bahwa putrinya itu bersemangat ikut latihan sejak sekitar tiga bulan lalu.

Ibu dan anak itu sepakat bahwa replika andong dan Sinterklas ala Indonesia terlalu sayang untuk dilewatkan buat berfoto karena tema dekorasi Natal di Katedral Jakarta selalu berbeda tiap tahun.
 
Andong yang ditarik dua rusa rotan dan dikendalikan patung kusir berpakaian Sinterklas, salah satu dekorasi Natal 2018, yang menjadi tempat berfoto Joyce dan ibunya usai menghadiri Misa Keluarga di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (25/12/2018). (ANTARA News/Azizah Fitriyanti)


Selain andong dan Sinterklas, Gua Yesus, siluet yang terbuat dari triplek yang menggambarkan tiga orang Majusi dan malaikat yang meniup sangkakala juga menjadi titik-titik berfoto atau berswafoto di halaman Katedral pada perayaan Natal tahun ini yang dihadiri total sekitar 21 ribu orang sejak Misa Malam Natal, Senin (24/12) dan empat sesi Misa Natal, Selasa (25/12), yakni misa pagi, pontifikal, keluarga, dan sore.

Juru Bicara Gereja Katedral Susyana Suwadie mengatakan andong atau kereta kuda yang biasa menjadi alat transporasi di pedesaan di berbagai wilayah di Indonesia, menjadi replika kereta Santa Klaus ala Indonesia yang membawa sayur-mayur dan buah-buahan hasil kekayaan bumi Indonesia.

"Tema dekorasi Natal tahun ini kekayan dan keindahan alam Indonesia sebagai ajakan bagi umat untuk bisa lebih menghargai, lebih bersyukur dari apa yang kita dapatkan dari kekayaan dan keindahan Indonesia dan  itu tercermin dalam beberapa elemen dekorasi yang ada," kata dia.

Susyana menyebutkan bahwa ada makna tentang Indonesia di setiap detail dari dekorasi Natal 2018, antara lain rusa rotan yang menarik andong Sinterklas dipesan khusus pengrajin Bawean, Jawa Timur. Daerah itu memang terkenal sebagai penghasil berbagai kerajinan rotan di Indonesia.

Gua Natal yang menggambarkan kisah kelahiran Yesus Kristus juga memakai bahan-bahan asli Indonesia untuk membuatnya, seperti kandang yang dibeli dari kandang sapi asli bekas dari Jawa Tengah, yang setelah dibersihkan dan dihias, diletakkan palungan dan bayi Yesus.

Di sekeliling bayi Yesus, tampak Bunda Maria, Yoseph, para malaikat, domba, dan berbagai binatang yang menyambut kelahiran-Nya. Di samping gua, diletakkan replika siluet tiga orang Majusi dan para malaikat yang melangkah di atas tanaman hias yang menggambarkan kekayaan hutan Indonesia.

"Ceritanya sama tentang kelahiran Yesus, yang ditampilkan dengan berbagai kekayaan dan keindahan alam Indonesia," kata dia.

Beberapa pohon Natal juga dihias dengan triplek yang dilukis dengan berbagai keindahan alam Indonesia. Papan pengumuman jadwal misa pun tak luput dari tema tersebut yang dibuat segitiga menyerupai pohon cemara dengan latar belakang foto keindahan alam di Indonesia, salah satunya Raja Ampat, Papua.

Panitia juga membuat sekitar dua ribu hiasan bunga kertas berwarna merah, putih dan hijau yang dipasang di sepanjang koridor teras samping Gereja Katedral. Dari ketiga warna tersebut merah-putih melambangkan Bendera Merah Putih dan hijau merupakan warna yang identik dengan Natal.
 
Beberapa umat Katolik melintasi koridor halaman samping Gereja Katedral Jakarta usai mengikuti Misa Natal 2018 yang dihiasi sekitar dua ribu bunga kertas yang menggambarkan persatuan Indonesia, Selasa (25/12/2018). (ANTARA News/Azizah Fitriyanti)


Pada teras itu pula terdapat lambang Garuda Pancasila yang cukup besar dan juga dimanfaatkan sebagai titik berfoto bagi para jemaat sebelum maupun sesudah mengikuti Misa Natal di Katedral, seperti Agnes dan Gladys yang mengikuti Misa Pontifikal.

Agnes (30) yang berasal dari Jakarta mengaku selalu menghadiri Misa Natal di Gereja Katedral, namun Misa Pontifikal kali ini menjadi misa bersama Uskup Agung yang pertama baginya.

"Garuda Pancasila 'kan lambang negara kita, ya, bangga, dong. Terutama karena tema Natal dari beberapa tahun memang ambil dari nilai-nilai Pancasila, ya," kata pekerja swasta itu saat ditanya alasannya berfoto di depan lambang negara.

Bagi Agnes, salah satu nilai yang paling mengena dan relevan untuk saat ini adalah Sila ke-2, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab, karena berbagai kejadian bencana di Indonesia belakangan ini.

"Sisi kemanusiaan itu harus lebih diterapkan, ya, apalagi sekarang banyak bencana, jadi harus lebih care dengan yang terjadi di sekeliling kita, harus giving and sharing pada saudara-saudara kita yang terkena musibah," kata dia.

Lain halnya dengan Gladys (28) yang asli Jayapura, Papua, dan saat ini jadi perantau di Jakarta. Bagi Gladys, nilai toleransi yang terkandung pada Sila ke-3, yakni persatuan Indonesia, dirasa sangat penting.

Tanpa menyebutkan suatu kasus secara rinci, Gladys mengatakan bahwa semua masyarakat perlu toleran satu sama lain, baik itu kaum mayoritas maupun minoritas.

"Kita di Papua saling jaga kekeluargaan, ya, 'torang semua basudara'. Kita di sini pun harus toleran satu sama lain, saling mengasihi, saling menolong," kata dia.
 
Gladys (kiri) dan Agnes (kanan) berswafoto di depan lambang Garuda Pancasila yang dipajang secara permanen di teras samping Gereja Katedral Jakarta sejak sekitar 2016 dan hingga kini selalu ramai untuk tempat berfoto umat Katolik usai melakukan ibadah, termasuk Misa Natal 2018, Selasa (25/12). (ANTARA News/Azizah Fitriyanti)


Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memang telah meluncurkan pesan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam  berbagai pelayanan gereja dan kehidupan umat Kristiani sehari-hari sejak 2016 yang diwali dengan tahun "kerahiman Allah yang memerdekakan" yang relevan dengan Sila Pertama Pancasila.

Kemudian berturut-turut Sila Kedua dan Ketiga, yakni "makin adil, makin beradab" dan tahun "persatuan" untuk tema Natal 2017 dan 2018.

KAJ mengangkat tema "kita berhikmat, bangsa bermartabat," untuk tahun 2019 yang sesuai dengan Sila ke-4 Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.

Melalui semua tema tersebut, Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo berharap agar umat Kristiani bukan hanya memahami, namun juga melaksanakan dan menjiwai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka.

Tema-tema itu pun dituangkan dalam berbagai dekorasi dan hiasan di Gereja Katedral, tidak hanya saat Natal, tetapi juga secara permanen sebagai hiasan gereja, antara lain lambang Garuda Pancasila di halaman teras samping Katedral. 

Baca juga: Uskup Agung sampaikan pesan Natal 2018
Baca juga: Uskup Agung Katedral Jakarta pimpin doa bagi korban tsunami Selat Sunda

 

Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018