Bantuan Kemenlu dalam proses pembangunan RS di Myamnar sangat luar biasa yang kami rasakan
Jakarta (ANTARA News) - Organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MERC) Indonesia di Jakarta, Selasa bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, untuk menyampaikan perkembangan Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar.

Menlu didampingi Direktur Timur Tengah Kemenlu Sunarko dan Staf Ahli Bidang Hubungan Antarlembaga Menlu Ronny P Yuliantoro, menerima anggota Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad, didampingi Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris dan relawan senior MER-C Luly Larissa Agiel, di ruang kerjanya di Pejambon.

"Bantuan Kemenlu dalam proses pembangunan RS di Myamnar sangat luar biasa yang kami rasakan," kata Sarbini Abdul Murad, dokter Indonesia pertama yang berhasil masuk ke garis depan Gaza saat konflik Palestina-Israel pada 2008-2009 itu.

Karena itu, pihaknya -- yang secara kolaboratif dikerjakan bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) -- dengan dukungan pemerintah Indonesia dan Myanmar itu, menyampaikan apresiasi kepada pemerintah, khususnya Kemenlu.

Menlu Retno Marsudi dalam diskusi dengan tim MER-C itu menyampaikan bahwa Wakil Presiden Jusuf Kalla -- yang juga menjabat Ketua Umum PMI -- memberikan arahan dan usulan nama RS tersebut nantinya adalah "Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar".

"Hari ini kita cocok-cocokkan data. Di New York, AS, akan ada debat mengenai Myanmar, pada 22 Januari nanti. Indonesia akan menekankan aspek kemanusiaan, dan masukan dari MER-C hari ini akan saya jadikan informasi," kata Menlu.

Kepada Menlu, Sarbini memaparkan bahwa perkembangan pembangunan RS tersebut, hingga akhir Desember 2018 sudah mencapai lebih dari 70 persen.

"Mudah-mudahan bisa segera dirampungkan sehingga targetnya pada Februari 2019 bisa diresmikan Wapres Jusuf Kalla," kata dokter putra asli Aceh itu.

Ia juga menjelaskan pada Kamis (13/12/2018),  Wapres Jusuf Kalla menerima MER-C di Kantor Istana Wakil Presiden, Jakarta.

Kepada Wapres dilaporkan perkembangan RS yang sudah dibangun sejak November 2017 itu dengan segala kendala dan dinamika yang muncul di lapangan, termasuk melesetnya target penyelesaian pembangunan, mengingat lokasinya berada di daerah konflik.

Area pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang luasnya lebih dari 7.000 meter persegi berada di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State, Myanmar itu, menurut Sarbini, menghabiskan dana di kisaran Rp28-Rp30 miliar.

Dalam pengerjaan pembangunan RS itu, tenaga kerja yang dilibatkan adalah dari beragam unsur, baik dari kalangan umat Muslim dan Buddha di negara itu.

Dikemukakannya bahwa RS tersebut nantinya mirip seperti pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) strata purnama, yakni dengan akreditasi tertinggi. 

Pembangunan RS itu hanya diperbolehkan setingkat puskesmas purnama oleh Pemerintah Myanmar karena Rakhine State masih rawan konflik. 

Walaupun hanya setingkat puskesmas strata purnama, di RS tersebut sudah memiliki ruang radiologi, dua ruang bedah, dan sebanyak 32 tempat tidur, demikian Sarbini Abdul Murad.


Baca juga: Wapres. Indonesia bangun RS Walubi dan Mer-C di Myanmar

Baca juga: Kompleks dokter RS Indonesia di Rakhine mulai dibangun

Baca juga: Dokter di RS Indonesia Myanmar akan belajar ke RI

 

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019