Washington (Antara/Reuters) - Setahun sebelum wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi tewas, putra mahkota Saudi mengatakan kepada seorang ajudan bahwa dia akan menggunakan "peluru" untuk wartawan tersebut jika dia tidak kembali ke rumahnya dan mengakhiri kritikannya terhadap pemerintah.

Komentar Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman kepada seorang ajudan tinggi pada 2017 dibuat jauh sebelum Khashoggi tewas pada Oktober lalu di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, seperti dilaporkan New York Times, Kamis (7/2), dengan mengutip pejabat asing dan AS saat ini dan sebelumnya yang mengetahui soal laporan intelijen.

Komentar-komentar tersebut disadap oleh badan intelijen Amerika, kata surat kabar itu.

Pengulas intelijen AS secara metaforis menafsirkan komentar "peluru", mempunyai makna putra mahkota tidak harus berarti menembak Khashoggi, tetapi mereka berpikir itu menunjukkan niatnya untuk membunuh wartawan tersebut jika dia tidak pulang ke kerajaan tersebut, kata New York Times.

Riyadh, yang sebelumnya membantah bahwa Arab Saudi "mengetahui hilangnya Khashoggi" sebelum memberikan penjelasan yang bertolak-belakang, dengan tegas bersikeras bahwa putra mahkota tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Perwakilan Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, CIA dan Badan Keamanan Nasional belum menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari berita New York Times itu.

Badan intelijen AS yakin putra mahkota telah memberikan instruksi untuk membunuh Khashoggi, kolumnis di Washington Post sekaligus orang dalam kerajaan, yang jasadnya dimutilasi.

Laporan New York Times dipublikasi sehari sebelum batas waktu Kongres bagi Gedung Putih untuk menyerahkan laporan apakah putra mahkota memerintahkan pembunuhan Khashoggi, dan apakah mereka bermaksud untuk memberlakukan sanksi kepada penguasa de facto tersebut.

Amerika Serikat menjatuhi sanksi terhadap 17 pejabat Arab Saudi sehubungan dengan peran mereka dalam kematian Khashoggi, namun lain halnya dengan Presiden AS Donald Trump --yang mengatakan dia mendukung putra mahkota.

Penyidik HAM PBB yang menyelidiki kasus pembunuhan Khashoggi sedang dalam kunjungan selama sepekan di Turki dan dijadwalkan bertemu dengan kepala kejaksaan Istanbul pada Kamis.

Penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi yang dipimpin PBB pada Kamis mengatakan bahwa bukti menunjukkan kejahatan sadis "direncanakan dan dilakukan" oleh para pejabat Saudi.


Penyunting: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019