Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 49 titik panas sebagai indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan(Karhutla) di Provinsi Riau.

Seluruh titik panas yang terdeteksi melalui pencitraan Satelit Terra dan Aqua, Rabu, tercatat melonjak tajam dalam 24 jam terakhir setelah pada Selasa(12/2) hanya terdeteksi 11 titik panas.

"Dari 49 titik panas, 34 diantaranya terdeteksi di Kabupaten Bengkalis," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin di Pekanbaru.

Dia merincikan ,34 titik panas sebagai indikasi terjadinya Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen tersebut seluruhnya terdeteksi di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis.

Dalam dua pekan terakhir, Pulau Rupat yang berada di bibir Selat Malaka itu terus membara dan hingga kini masih dalam upaya penanggulangan.

Selain Bengkalis, titik panas juga terdeteksi di Kota Dumai sebanyak sembilan titik, tepatnya di Kecamatan Dumai Barat. Titik panas lainnya turut terdeteksi di Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak empat titik. Titik panas lainnya turut terdeteksi di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak dua titik.

"Secara geografis keempat wilayah yang terdeteksi titik panas itu berada di pesisir Provinsi Riau," ujarnya.

Bibin menyatakan, dari 49 titik panas tersebut, 40 diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.

"Titik-titik api berada di Bengkalis 31 titik, Dumai, tujuh titik dan Meranti dua titik,"katanya.

Dalam dua pekan terakhir, BMKG terus mendeteksi kemunculan titik-titik api. Mayoritas titik api menyebar di wilayah pesisir, yang saat ini mengalami musim kering dengan intensitas hujan minim.

Hingga awal pekan ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat luas lahan sepanjang awal 2019 ini mencapai 267,5 hektare.

Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, mengatakan, kebakaran lahan yang mayoritas terjadi di lahan gambut tersebut terjadi di enam kabupaten di Provinsi Riau.

"Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Bengkalis dengan total 131 hektare," kata Edwar.

Kebakaran lahan di Bengkalis terjadi di sejumlah daerah seperti Kecamatan Pinggir, Pulau Bengkalis dan terakhir di Pulau Rupat.

Wilayah pesisir Riau itu sepanjang awal 2019 ini memang mengalami musim kering dengan cuaca cukup panas sehingga rentan terjadi kebakaran.

Selain di Bengkalis, kebakaran juga melanda Kabupaten Rokan Hilir dengan luas mencapai 87 hektare. Di Kota Dumai, kebakaran juga masih berlangsung hingga awal pekan ini tepatnya di Kecamatan Sungai Sembilan.

Kota Dumai yang secara geografis berdekatan dengan Bengkalis dan Rokan Hilir mengalami kebakaran di sejumlah titik dengan luas 17,5 hektare. Selanjutnya kebakaran lahan juga terpantau di wilayah peisir Riau lainnya, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan luas dua hektare.

Edwar mengatakan secara umum Provinsi Riau dalam kategori aman dari bencana Karhutla. Namun, dia memberikan pengecualian di wilayah tengah, pesisir timur dan sebagian wilayah Barat Riau. 

"Wilayah itu dalam kategori mudah hingga sangat cepat terbakar," ujarnya. 

Dengan kondisi kebakaran lahan di awal 2019, Edwar mengatakan akan mempertimbangkan menetapkan status siaga Karhutla di 2019.

Namun, dia mengatakan harus berkoordinasi dengan berbagai pihak terlebih dahulu, seperti BMKG dan Pemerintah Provinsi Riau terkait penetapan status tersebut.

Baca juga: BMKG deteksi lonjakan titik panas di Riau
Baca juga: BMKG deteksi 11 titik panas di pesisir Riau
Baca juga: Empat titik panas bertahan di Aceh, sebut BMKG

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019