... generasi yang jauh lebih muda, yakni yang berusia di bawah 70 harusnya merasa malu karena kebanyakan yang lebih muda ini tidak lagi memikirkan negara, tetapi malah memikirkan diri sendiri...
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengingatkan para purnawirawan TNI agar kembali ke jati diri TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan negara. "Masih ada para purnawirawan yang tidak mau memikirkan negara lagi. Ironis  memang, tapi itulah kenyataannya. Mereka ini sudah lupa dengan jati dirinya, mereka sudah lupa, bahwa dengan adanya TNI, negara ini mendapatkan kemerdekaannya dan dengan adanya TNI, negara ini aman dan damai," kata dia, dalam sambutannya pada acara simposium yang bertema "Kembali Ke Jati Diri TNI", di Gedung AH Nasution, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis. 
 
Ia bangga dan terharu karena pada acara simposium ini dapat bertatap muka langsung dengan pendiri negara sekaligus pendiri TNI, serta pemegang amanah pewarisan nilai-nilai jiwa dan semangat perjuangan 1945. 
 
"Beliau-beliau ini adalah pelaku sejarah perjuangan yang mendapatkan amanah dari Tuhan Yang Maha Besar untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia," kata dia, dalam pernyataan. 
 
Mantan Kepala Staf TNI AD ini menyebutkan, meski usianya sudah di atas 80 tahun dan di atas 90 tahun, namun para sesepuh TNI ini masih terus memikirkan negara. "Ini sangat luar biasa karena pada era sekarang ini, sudah tidak ada orang yang berumur di atas 90 tahun yang masih mau memikirkan negara. Bapak-bapak ini dengan usia 91 tahun, 92 tahun, 93 tahun sudah tidak lagi memikirkan diri sendiri dan sudah selesai dengan dirinya. Yang berada di pikirannya hanyalah negara dan TNI. Kita semua sangat bangga kepada bapak-bapak semua," kata dia.
 
Namun, generasi yang jauh lebih muda, yakni yang berusia di bawah 70 harusnya merasa malu karena kebanyakan yang lebih muda ini tidak lagi memikirkan negara, tetapi malah memikirkan diri sendiri. "Ini sangat memalukan," kata dia. 
 
Ia  masih ingat pidato Presiden Megawati Soekarnoputri saat itu, pada 2004, saat dia berkunjung ke Papua yang menyatakan: 1.000 kali pejabat gubernur di Papua diganti, Papua tetap di sana. 1.000 kali pejabat daerah dan bupati Papua diganti Papua tetap di sana, tetapi satu kali TNI ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka". Dia menjadi kepala staf TNI AD pada masa-masa itu.
 
"Ini merupakan refleksi dan pengakuan betapa pentingnya keberadaan TNI sebagai benang-benang perekat dan pemersatu bangsa," kata Ryamizard.
 
Demi mengembalikan kesadaran inilah, tambah dia, keluarga besar TNI, para Purnawirawan, dan TNI aktif merasa sangat perlu untuk menyelenggarakan simposium yang sangat penting bagi TNI dan negara. "Kita berkehendak, apa yang dilakukan bapak-bapak pendiri bangsa ini harus dapat diturunkan dan dialihkan melalui penyerahan tongkat estafet ke generasi TNI berikutnya," katanya. 
 
Nilai-nilai, jiwa dan semangat 45 ini akan tetap relevan dan aktual dan harus terus kita pegang teguh dengan terus Menjaga keutuhan NKRI, dengan memegang teguh Pancasila, UUD 45, Sumpah Prajurit, dan Sapta Marga. 
 
Sejumlah purnawirawan TNI yang  memberikan pengarahan dalam simposium itu, antara lain, Jenderal TNI (Purnawirawan) Try Sutrisno, Jenderal TNI (Purnawirawan) Widjoyo Soejono, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Sayidiman Suryoprojo, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Toni Hartono, dan Ketua Umum DPP LVRI, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Rais Abis.
 
Acara itu juga dihadiri Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, ketiga kepala star matra TNI, beberapa perwaklian perwira tinggi TNI dan para pejabat di lingkungan Kemhan. Hadir juga Ketua Umum DPP PEPABRI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Agum Gumelar, Ketua Umum PPAD, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Kiki Syahnakri, Ketua Umum PPAL, Laksamana TNI (Purnawirawan) Ade Supandi, dan Ketua Umum PPAU, Marsekal TNI (Purnawirawan) Djoko Suyanto, yang dalam kesempatan tersebut menyampaikan pandangannya terkait tema simposium.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019