Jakarta (ANTARA) - The Japan Foundation Asia Center kembali mengadakan program “...and Action! Asia” yang melibatkan calon-calon sineas berbakat di Jepang dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Ini adalah program pertukaran ilmu dan kolaborasi dalam menciptakan sebuah karya film berlatar Asia, yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman serta melahirkan sineas-sineas muda berbakat dan mampu berkarya di dunia internasional. Program dimulai pada 2 hingga 13 Maret 2019.

Japan Foundation dalam keterangan resmi, Sabtu, mengatakan pada tahun kelima program ini Indonesia menjadi tuan rumah untuk ...and Action! Asia #05 di mana Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai tuan rumah.

“Kegiatan yang dilakukan antar sekolah-sekolah film di Asia ini menjadi sebuah program penting yang harus terus didukung guna memperkuat jalinan kerjasama serta menumbuhkan semangat perfilman di Asia yang pada tahun belakangan telah semakin berkembang pesat. Pertemuan antara mahasiswa ini diharapkan mampu menjadi momentum bagi mereka sebagai generasi yang aktif berkolaborasi antar negara di masa yang akan datang,” kata R.B Armantono, Dekan Fakultas Film dan Televisi IKJ yang menjadi tuan rumah ...and Action! Asia #5.

Para peserta dan mentor dipilih melalui proses seleksi yang diadakan oleh Japan Foundation Asia Center.

Program dibuka dengan orientasi antara peserta dengan instruktur, untuk memperdalam ide yang sebenarnya telah dikembangkan via online sejak beberapa bulan sebelum pelaksanaan Workshop.

Selain itu, para peserta juga mendapatkan materi tentang film dokumenter dari sudut pandang produser, sutradara, dan direktur fotografi dengan menghadirkan narasumber yaitu Tri Widyastuti Setyaningsih (pemateri produksi film dokumenter), Yudi Datau (pemateri penyutradaraan film dokumenter), dan Esnadi Djoko Santoso (pemateri kamera film dokumenter).

Peserta juga mendapatkan sesi workshop kamera dan audio agar setelahnya bisa langsung turun ke lapangan untuk melakukan produksi. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok yang akan memproduksi 4 film dokumenter dengan tema besar yang menjadi benang merah dari seluruh film, yaitu Bertahan Hidup di Kota Besar. Kelompok-kelompok ini akan mengangkat isu tentang transgender, manusia gerobak, bertahan dalam kemacetan, dan meraup keuntungan dari kemacetan.

Seluruh film hasil kolaborasi para peserta akan ditayangkan pada 12 Maret 2019 di XXI Taman Ismail Marzuki di Cikini. Mahasiswa dan masyarakat umum dapat menonton tanpa dipungut biaya. Setelah pemutaran film, para penonton dapat berdiskusi langsung dengan para pembuat filmnya.

Para instruktur yang mewakili sekolah film dari beberapa negara Asia juga akan berdiskusi tentang rencana-rencana kerjasama dalam rangka pengembangan pendidikan film di Asia.


Baca juga: Pengamat: Perlu pedoman baku untuk ke festival film internasional

Baca juga: Rektor IKJ menilai film g30s/PKI menarik dipelajari sebagai kasus


Baca juga: Pekan Budaya Jepang 2019 suguhkan karuta hingga anime

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019