Jakarta (ANTARA) - Pengamat sektor kelautan Moh Abdi Suhufan menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus dapat mengoptimalkan kinerja para penyuluh di berbagai daerah guna mendapatkan data yang akurat.

"Untuk mendapatkan data produksi garam yang akurat, KKP mesti optimalkan peran penyuluh perikanan yang ada di lapangan," kata Moh Abdi Suhufan kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Menurut Ketua Harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) itu, selain peran penyuluh perikanan adalah hal yang penting guna mendapatkan data yang akurat termasuk sistem one data yang sekarang dikembangkan KKP.

Ia mengemukakan bahwa peran penyuluh rerutama di lokasi sentra garam perlu ditingkatkan kemampuan dan ruang lingkup pekerjaannya agar dapatBaca juga: melakukan pendampingan, pendataan dan monitoring produksi garam di wilayah kerjanya masing-masing.

Sebelumnya, KKP menyebut data yang akurat terkait suplai dan permintaan garam menjadi kunci utama dalam kebijakan impor komoditas tersebut.

"Perkara impor tidak impor itu bukan boleh atau tidak boleh. Perkara impor itu perkara produksi berapa dan kebutuhannya berapa," kata Direktur Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Jumat (1/3).

Brahmantya menuturkan, selain data produksi dan kebutuhan yang akurat, dibutuhkan pula keakuratan klasifikasi kebutuhan garam bagi industri manufaktur.

Menurut dia, dengan klasifikasi kebutuhan garam industri yang akurat, maka akan lebih mudah mencari pengganti garam impor yang selama ini digunakan industri manufaktur.

"Dengan pengklasifikasian yang benar dan data supply and demand yang benar, maka di 2021 perlu impor atau tidak itu kembali kepada jumlah produksi domestik. Semua produksi komoditas itu berdasarkan atas data supply and demand yang benar," katanya.

Brahmantya mengatakan KKP pun berharap impor bisa disubstitusi semaksimal mungkin oleh garam rakyat yang diproduksi di dalam negeri.

Impor garam pada 2017 mencapai 2.552.283 ton. Kemudian, impor pada 2018 naik menjadi sebesar 2.718.659 ton dan 2.724.772 ton pada 2019.

Sementara produksi garam pada 2018 mencapai 2.719.256 ton dengan stok awal yang ada di produsen dan konsumen mencapai 325.099 ton.

Sedangkan pada 2017, produksi hanya mencapai 1.111.395 ton dengan stok awal sebesar 783.187 ton.

Baca juga: Pemerintah disarankan meningkatkan kapasitas produksi petani garam

Baca juga: Jangan lupakan garam dalam poros maritim

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019