Tashkent (ANTARA) - Satu pengadilan di Uzbekistan memerintahkan Gulnara Karimova, puteri mantan presiden, untuk menjalani hukuman pidana penjara sebagai sisa dari masa hukuman tahanan rumah karena pelanggaran yang dilakukannya, menurut kantor jaksa penuntut umum, Rabu.

Karimova, seorang perempuan pengusaha yang juga pernah merekam lagu pop, telah menghilang dari umum selama beberapa tahun setelah berselisih dengan ayahnya Islam Karimova yang memimpin negara di Asia Tengah itu selama 27 tahun sebelum tutup usia pada 2016.

Pada Rabu pagi, jaksa mengatakan bahwa Karimova dikirim ke penjara karena "secara sistematis melanggar kewajiban" terkait dengan hukuman percobaan selama lima tahun karena melakukan penggerapan dan pemerasan.

Hukuman tersebut meliputi larangan meninggalkan rumah dan menggunakan internet serta telepon, demikian Reuters melaporkan.

Pengacaranya dari Swiss, Gregoire Mangeat menulis di Twitter bahwa dia "dipaksa pindah" dari apartemen tempat tinggalnya di Ibu Kota Uzbek, Tashkent pada Selasa. Pihak berwenang mengatakan bahwa dia dibawa ke penjara.

Baca juga: Putin letakkan mawar di makam Presiden Uzbekistan

Pihak yang berkuasa di Uzbekistan berusaha membekukan harta Karimova termasuk yang ada di Swiss, Inggris Raya, Prancis dan sejumlah negara lain.

"Dia dipindahkan ke tempat yang tidak diketahui," tulis Mangeat.

"Pihak berwenang Uzbekistan terus-menerus berusaha menekan secara fisik dan kejiwaan terhadapnya guna memaksa mencabut permohonan bandingnya dan menanggalkan hak-haknya serta propertinya di Swiss."

Karimova mundur dari umum pada 2014. Pernyataan resmi tentang nasibnya pertama kali dikeluarkan pada 2017, ketika kantor penuntut umum menyatakan dia bersalah dan dijatuhi hukuman percobaan pada 2015 selama lima tahun, hukuman tersebut sama dengan menjadi tahanan rumah di Uzbekistan, dijatuhkan karena dia mempertaruhkan sejumlah perusahaan dengan pemerasan dan penggelapan serta penghindaran pajak.

Penuntut umum mengatakan, pada saat itu dia sedang dalam pemeriksaan untuk kasus kejahatan yang lain.

Islam Karimova memimpin Uzbekistan mula-mula sebagai ketua Partai Komunis setempat dan menjadi kepala negara pertama setelah negara tersebut merdeka.

Shavkat Mirziyoyev, yang menjadi perdana menteri sangat lama, terpilih sebagai presiden pada 2016.

Redaktur: Maria Dian A

Pewarta: antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019