Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mengajak para pemuka agama dapat menjadi perekat persatuan di tengah semakin derasnya fitnah dan hoaks yang dapat memecah belah.

"Saya berharap pemuka agama menjadi perekat kerukunan", ujarnya dalam sosialisasi Empat Pilar MPR di hadapan para pemuka agama di Kalimantan Timur yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Samarinda, Senin, demikian dalam siaran pers yang diterima Antara.

Diakui provinsi ini merupakan daerah yang damai. Semua agama, suku, dan bahasa ada. "Kalimantan Timur adalah Indonesia mini," ucapnya.

Meski kerukunan ada namun dirinya mengingatkan akan adanya ancaman dan tantangan. "Perbedaan merupakan potensi namun juga merupakan tantangan. Dengan sosialisasi kita harapkan persatuan di Kalimantan Timur akan semakin baik," katanya.

Di hadapan para pemuka agama yang datang dari MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan Matakin, saat Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tungga Ika, di Samarinda, Kalimantan Timur tersebut, Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan Empat Pilar MPR merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kegiatan yang digelar di Aula Kantor Gubernur Kalimantan Timur itu dikatakan sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa persatuan.

Persatuan, menurut Mahyudin, sangat penting sebab bangsa ini dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda, bukan karena si penjajah merupakan bangsa yang hebat namun mereka bisa mengadudomba suku dan golongan yang ada.

Kejadian serupa saat ini disebut juga terjadi di Timur Tengah, di mana di antara bangsa Timur Tengah terjadi peperangan padahal kawasan itu memiliki bahasa dan agama yang sama.

Adu domba terjadi menurut pria asal Kalimantan itu karena kawasan Timur Tengah kaya dengan sumber alam. "Timur Tengah diadudomba karena kaya minyak. Dulu kita dijajah dan diincar bangsa-bangsa Eropa juga karena kaya dengan beragam sumber daya alam," katanya.

Kekayaan alam di Indonesia melimpah dan sangat potensial. Dipaparkan di Indonesia memiliki dua musim dengan sumber cahaya matahari sangat melimpah. "Sehingga setiap tahun kita bisa bercocok tanam," sebutnya.

Ini berbeda dengan Eropa yang memiliki 4 musim dan ketika musim dingin tiba mereka butuh batu bara untuk energi ekstra.

Bagi Mahyudin, bangsa Indonesia tak hanya kaya dengan sumber daya alam namun juga beragam suku, bahasa, agama, dan perbedaan lainnya ada di sini.

Untuk itulah ketika Indonesia merdeka, kemerdekaan itu merupakan jembatan emas untuk mengelola dan mempersatukan semua yang ada. "Bangsa ini didirikan bukan oleh satu golongan. Sehingga bangsa ini untuk semua," katanya.

Tujuan Indonesia merdeka, menurut alumni Universitas Lambung Mangkurat itu di antaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan kesejahteraan umum.

Namun dirinya menyesalkan saat ini semua sibuk dan fokus pada masalah politik, Pemilu, dan demokrasi. "Seolah-olah demokrasi menjadi tujuan padahal hanya sebagai sarana", katanya.

Apalagi demokrasi yang ada lebih didominasi transaksional sehingga menjadi mahal.

Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, yang hadir dalam kesempatan itu menegaskan Empat Pilar MPR harus tertanam di jiwa masyarakat. Bangsa Indonesia disebut sebagai bangsa yang luar biasa. Dengan keragaman yang ada tetap bisa bersatu.

"Banyak negara lain bubar tapi kita tetap bersatu. Keragaman tak boleh membuat kita pecah", ujarnya.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019