Keempat partai ini berdasarkan survei Charta Politika masih dibawah 4 persen, namun secara statistik punya kesempatan lolos karena margin of error 2,19 persen, ujarnya
Jakarta (ANTARA) - Direktur Riset Charta Politika, Muslimin menilai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berpotensi lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen meskipun saat ini elektabilitas partai itu 2,2 persen.

"Hasil survei Charta Politika mencatat elektabilitas PSI sebesar 2,2 persen, namun di sisi lain angka elektabilitas PSI melonjak ketika diakumulasikan dengan margin of error," kata Muslimin saat pemaparan hasil survei Charta Politika di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, PSI bersama tiga partai lain seperti PAN, PPP, dan Perindo memiliki peluang lolos parlemen apabila mampu meraih sisa suara.

Muslimin mengatakan, keempat parpol tersebut memiliki peluang lolos ke parlemen dengan catatan mampu mengambil sisa suara.

"Keempat partai ini berdasarkan survei Charta Politika masih dibawah 4 persen, namun secara statistik punya kesempatan lolos karena margin of error 2,19 persen," ujarnya.

Muslimin menilai, ada kecenderungan empat partai ini lolos parlemen karena masih ada pemilih yang belum menentukan pilihannya atau "undecided voters" sebesar 11 persen.

Hasil survei Charta Politika menyatakan PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dengan 25,3 persen, Gerindra 16,2 persen, dan Golkar berada di posisi ketiga dengan 11,3 persen.

Di posisi empat sampai ketujuh yaitu PKB (8,5 persen), Demokrat (5,2 persen), Nasdem (5,2 persen), dan PKS (5 persen).

Partai dibawah empat persen yakni PAN (3,3 persen), PPP (2,4 persen), PSI (2,2 persen) dan Perindo (2 persen).

Partai Hanura (1,0 persen), PBB (0,5 persen), PKPI (0,2 persen), Partai Garuda (0,2 persen), Partai Berkarya (0,1 persen).

Survei Charta Politika itu dilakukan pada 19-25 Maret 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 2.000 responsen di 34 provinsi.

Survei tersebut menggunakan metode "multistage random sampling" dengan margin of error +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019