Pandeglang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan memasang tiga alat buih tsunami di Selat Sunda dan Anak Gunung Krakatau (AGK).

"Alhamdulillah Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan kami akan memasang alat buih tsunami buatan dalam negeri generasi ketiga pada hari Rabu (10/4). Dari tiga itu, satu di dekat AGK dan yang lainnya di wilayah Mega Trush Selat Sunda," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly saat pembukaan Sekolah Lapang di Tanjung Lesung Resort, Selasa (9/4).

Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengadakan sekolah lapang bagi masyarakat dan unsur terkait lainnya untuk memitigasi bencana.

Muhammad Sadly mengungkapkan jika bencana tsunami hampir 95 persen terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik, namun tsunami yang terjadi akibat erupsi gunung itu hanya terjadi beberapa persen saja.

Dan, kata dia, hingga saat ini belum ada negara manapun yang menggunakan alat pendeteksi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi gunung atau vulkanik.

"Apabila terjadi gelombang tinggi, alat tersebut akan segera mengirim sinyal peringatan ke pusat BMKG, karena kami melakukan pantauan selama 24 jam tujuh hari kerja," ujarnya.

Dengan adanya bencana tsunami di Pandeglang, ia mengatakan memberikan pelajaran untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut sehingga apabila terjadi tsunami tanpa ada gempa dapat terdeteksi.

"Kita akan melakukan pengkajian karena kami yakin negara secanggih Jepang pun belum menggunakan alat seperti itu," tuturnya.

Terkait status Anak Gunung Krakatau, menurut dia, memang bukan kewenangan BMKG, namun kendati demikian status AGK sudah diturunkan oleh Badan Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) menjadi waspada.

"Jarak aman sekarang 2 Km dari kawah gunung, sedangkan jarak dari gunung ke bibir pantai itu 50 Km, jadi saya kira ini sudah cukup aman tapi tetap waspada," jelasnya.

Sementara Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, dirinya sangat bersyukur Kabupaten Pandeglang menjadi bagian dari 30 titik mitigasi bencana yang dilakukan BMKG di seluruh Indonesia.

"Kami bersyukur ini perhatian besar dari BMKG untuk kita. Yang paling utama kita jangan panik, kejadian ini pelajaran bagi kita, saya juga akan buat regulasi agar homestay yang ada di bibir pantai tidak dijadikan untuk hunian," kata Irna.

"Hari ini kita mendapatkan kelas, semua narasumber akan memberikan masukan dan pendalaman tentang cara mengantisipasi bencana yang terjadi, ini harus dimanfaatkan dengan baik," ujarnya.

Yang hadir dalam kegiatan ini tidak hanya masyarakat, namun juga para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), TNI, dan Kepolisian.

"Harapan kami peserta dari OPD terkait dapat menyimak dengan baik kegiatan sekolah lapang ini, sehingga dapat disimpulkan dan menjadi acuan jika dalam pembuatan kebijakan dan regulasi ke depan untuk tata ruang Pandeglang," tutup Irna.

Pewarta: Ridwan Chaidir
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019