Dumai (ANTARA) - Kantor Kesehatan Pelabuhan Kota Dumai, Provinsi Riau, berfokus memeriksa suhu tubuh penumpang dan awak kapal dari luar negeri dengan alat pemindai untuk mencegah masuknya virus cacar air atau "monkeypox".

Kepala KKP Dumai Efrizon di Dumai, Senin, mengatakan antisipasi masuknya virus cacar monyet ini adalah menjalankan instruksi Kementerian Kesehatan RI dengan memasang alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner) di pintu masuk pelabuhan.

Petugas KKP siaga di pintu masuk pelabuhan dan wajib memeriksa setiap orang dari kapal, jika ada seseorang memiliki suhu 38 derajat celsius, langsung dicurigai dan dilakukan tindakan lebih lanjut.

"Sudah disiapkan ruang pemeriksaan lebih lanjut, dan petugas sudah bersiaga di pelabuhan," kata Efrizon.

Disebutkan, petugas hanya mengacu pada indikator suhu panas seseorang yang mencapai 38 derajat celsius, dan antisipasi monkeypox ini bekerjasama dengan rumah sakit dan laboratorium setempat.

Kemenkes RI melalui surat edaran diterima KKP Dumai pada 13 Mei 2019 tentang kewaspadaan penyakit cacar monyet dan menjalankan upaya antisipasi atau pencegahan.

Cacar monyet diketahui adalah penyakit langka disebabkan oleh virus ditularkan pada manusia melalui hewan dari Afrika, dan sejauh ini belum pernah ditemukan kasusnya di Indonesia.

"Jelang arus mudik ini, pengawasan makin diperketat dan kita menambah petugas jadi delapan orang di pelabuhan," sebutnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menegaskan kasus monkeypox tidak ada di Indonesia, baik pada manusia maupun virus yang berinang di hewan.

Cacar monyet merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya jika tidak ada super infeksi sehingga tidak usah panik, namun kewaspadaan perlu ditingkatkan.

"Sekali lagi hewan adalah hewan yang saat ini diyakini masih berada di Afrika, kita tidak menemukan hal-hal semacam ini," kata Anung.

Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis), dan penularan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.

Pewarta: Abdul Razak
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019