Ambon (ANTARA) - Para pemilik dan pengemudi atau operator speed boat di pelabuhan rakyat Hurnala, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah diingatlan untuk selalu menyiapkan sarana penunjang keselamatan seperti jaket pelampung.

"Sarana penunjang keselamatan pelayaran ini jangan disimpan di rumah tetapi harus selalu tersedia di dalam speed boat," kata Kapolda Maluku Irjen Pol Royke Lumowa di Ambon, Senin.

Peringatan tersebut disampaikan Kapolda saat meninjau langsung kondisi armada pelabuhan rakyat di Desa Hurnala, Desa Tulehu dalam rangka persiapan mudik Lebaran 1440 Hijriah.

Dalam inspeksi tersebut, Kapolda didampingi Wakapolda dan para pejabat utama polda melakukan dialog langsung dengan sejumlah pengemudi atau operator speed boat.

Salah satu pengemudi bernama Hasrul mengatakan, speed boat yang beroperasi di pelabuhan tersebut mencapai lebih dari 60 unit dan melayani rute Tulehu menuju Pulau Haruku, Masohi, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut.

Menurut Kapolda, sarana ini harus disiapkan di dalam speed boat, karena secara hukum bila sudah disiapkan ya namanya kecelakaan kita tidak tahu tetapi secara fisik alat pengamannya sudah ada.

Untuk masalah asuransi bagi calon penumpang sudah dijamin saat mereka membeli tiket dari pihak Dinas Perhubungan di pelabuhan tersebut.

Para pengemudi speed boat juga diingatkan untuk mengurus sertfikat di Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Tulehu, karena sewaktu-waktu ada pemeriksaan dari Dit Polair maka speed boat yang tidak memilikinya akan tidak diizinkan untuk beroperasi.

Sehingga mereka juga disarankan untuk segera mengurus sertifikat tanpa dipungut bayaran, yang penting para operator datang ke Kantor UPP dengan menunjukan alat-alat keselamatan yang dimiliki.

Kapolda dan rombongan juga meninjau Pelabuhan Tulehu dan mendapatkan penjelasan dari Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat, Johan Siahaya.

"Pelabuhan Tulehu ini hanya melayani kapal cepat dan kapal layar motor yang membawa bahan kebutuhan pokok ke Pulau Buru dan Pulau Banda, sedangkan pelabuhan speed boat atau armada rakyat ditangani Dishub kabupaten," katanya.

Kalau saat ini belum terjadi peningkatan jumlah penumpang, kecuali beberapa pekan lalu terjadi lonjakan penumpang yang menyeberang dari Pelabuhan Tulehu ke Masohi, Kabupaten Maluku Tengah saat terjadi ketegangan antara warga Desa Latu dan Hualoy, Kabupaten Seram Bagian Barat.

Warga yang hendak menyeberang memilih menggunakan kapal cepat karena ruas jalan rans Pulau Seram khususnya di kawasan Desa Latu dan Hualoy ditutup saat terjadi bentrokan.

Akibatnya pihak UPP Tulehu mengoperasikan dua unit kapal cepat untuk mengangkut penunpang, namun saat ini jumlah penumpang sudah menurun lagi setelah ruas jalan Trans Pulau Seram di kawasan Desa Latu dan Hualoy kembalo dibuka.

"Karena dua kapal yang dioperasikan, maka menggunakan sistem stand by untuk mengangkut penumpang bila jumlahnya semakin banyak dan kapal cepat yang disiagakan adalah KM Expres Bahari 2-B milik PT. Pelayaran Dharma Indah," kata Johan Siahaya.

Namun KM Pricilia saat ini telah beroperasi di Kupang, Kabupaten Nusa Tenggara Timur dengan masa kontrak selama satu tahun.

Untuk kapal cepat tujuan Tulehu-Pulau Banda, pihak UPP telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Tengah, tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah cuaca ekstrim.

Sebab kapal penumpang tujuan Pulau Banda memiliki bobot yang agak kecil, dan ketika kondisi cuaca tidak memungkinkan maka tidak diizinkan untuk berlayar dan juga tergantung masalah jumlah penumpangnya.

"Kalau jumlah penumpangnya minimal 30 sampai 50 orang baru kapalnya bisa diberangkatkan, tetapi kalau hanya lima atau sepuluh orang maka ditunda sebab tidak memenuhi biaya operasional," ujarnya.

UPP Tulehu juga selalu melakukan kontrol terhadap kondisi kapal dan sarana penunjang keselamatan bagi penumpang baik anak-anak maupun orang dewasa, sebab seringkali dijumpai ada kapal yang tidak menyediakan jacket pelampung untuk anak-anak.

Bila kapasitas kapal 400 penumpang, maka harus disediakan 40 buah jacket pelampung juga yang dikhususkan bagi anak-anak.

Khusus untuk bulan puasa, UPP telah meminta pihak PT. DI memajukan jadwal keberangkatan yang biasanya pukul 14:00 WIT menjadi pukul 13:00 WIT, karena alasannya waktu perjalanan ke Pelabuhan Amahai pukul 14:00 WIT terkadang membuat orang berbuka puasa di tengah jalan.

Untuk lonjakan jumlah penumpang, biasanya pada posisi H-3 dengan kenaikan yang berkisar antara 25 persen sampai 50 persen, sama seperti tahun lalu, sedangkan yang rutin biasanya hanya sekitar 20 persen.

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019