Pangkalpinang (ANTARA News) - Pemilik saham pertambangan dengan kode bursa Tins atau PT. Timah menikmati capital gain (keuntungan) besar, sejak naik tajamnya saham tersebut pasca-penertiban penambangan timah pada 5 Oktober 2006 lalu. Seorang pemilik saham timah di Pangkalpinang, Abubakar, Selasa, mengungkapkan dirinya telah melepas 10 ribu lembar saham timah miliknya dengan harga Rp26.600 perlembar saham, padahal ketika penawaran perdana (IPO) saham itu dibeli Rp2.900 pada 1995. "Semula saya tidak lagi berharap dapat selisih keuntungan dari saham timah. Pada 2001 nilai buku saham timah tinggal Rp300 perlembar dan selanjutnya bermain di kisaran hingga Rp2.800 sebelum Oktober 2005," ujarnya. Abubakar menjelaskan, sempat berkeinginan melepas saham ketika harganya sulit untuk tembus angka Rp3.000 perlembar. Pada saat terjadinya peristiwa Oktober 2006 yang berujung penertiban penambangan timah, ia berkeyakinan harga balok timah akan naik, begitu juga sahamnya. Dari waktu kewaktu ternyata harga balok timah naik tajam dan yang luar biasa kenaikan harga saham timah bahkan melebihi kenaikan balok timah itu sendiri. "Saya amati terus bergerakan kenaikannya. Saham timah sempat menyentuh Rp28 ribu dan setelah itu terkoreksi hingga Rp26 ribu lebih. Kebetulan sedang butuh uang, akhirnya saham saya lepas dengan harga yang teramat bagus," ujarnya dengan perasaan puas. Abubakar mengaku semula membeli saham timah merupakan bentuk kepeduliannya sebagai warga Bangka agar bisa memiliki perusahaan dalam bentuk penyertaan modal di bursa. Kepedulian itu akhirnya berbuat manis dengan mendapatkan keuntungan besar. "Saya gunakan uang ini untuk pendidikan anak tentunya setelah dikeluarkan kewajiban zakat," ujarnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008