Jakarta (ANTARA) - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) DKI Jakarta mencatat total kerugian materi akibat kebakaran yang terjadi selama periode Januari hingga Juni 2019 di wilayah ibu kota ditaksir mencapai sekitar Rp137 miliar.

"Kerugiannya ditaksir mencapai Rp137.861.175.000 dari total 755 peristiwa kebakaran di DKI Jakarta selama periode Januari sampai Juni," ujar Kepala Seksi Publikasi dan Informasi Bidang Pencegahan Kebakaran Dinas PKP DKI Saeful, Selasa.

Wilayah Jakarta Selatan menjadi daerah yang sering terjadi kebakaran dengan jumlah 212 kasus, diikuti Jakarta Timur (185), Jakarta Barat (133), Jakarta Utara (118) kasus dan Jakarta Pusat 107 kasus.

Ratusan kasus kebakaran yang terjadi di DKI itu didominasi oleh bangunan perumahan sebanyak 242 unit, disusul instalasi luar gedung 238 unit, bangunan umum dan perdagangan 124 unit dan kendaraan 56 unit.

Sementara faktor penyebab kebakaran beragam, mulai dari hubungan arus pendek atau korsleting listrik, kompor/gas, rokok, hingga kebakaran yang dipicu oleh pembakaran sampah.

Sembilan orang dilaporkan meninggal akibat kebakaran yang terjadi sepanjang periode tersebut dan 60 orang mengalami luka-luka.

"Jumlah penghuni yang kehilangan tempat tinggal 8.353 jiwa dari 1.851 kepala keluarga," kata dia.

Sementara itu, Kepala Seksi Operasi Damkar Jakarta Selatan, Sugeng mengatakan, dari 212 kasus kebakaran di wilayahnya didominasi oleh hubungan arus pendek akibat banyaknya penambahan-penambahan daya yang terkontrol oleh masyarakat.

"Tidak hanya di rumah-rumah penduduk, sekarang yang banyak hubungan arus pendek di tiang listrik dekat pohon-pohon, kalau ga segera diantisipasi akan (merambat) ke rumah-rumah," kata dia.

Meski begitu, jumlah itu menurun dibanding kasus kebakaran pada 2018 dengan periode yang sama yakni lebih dari 250 kejadian.

Menurut dia, penurunan itu dipicu mulai sadarnya masyarakat akan langkah pencegahan serta pemadaman apabila terjadi kebakaran di sekitar lingkungannya.

"Kami selalu memberikan sosialisasi terhadap masyarakat terkait preventif. Kalau terjadi apa-apa misal kompor yang bocor harus bagaimana, listrik ga boleh kelebihan beban, dan pemadaman menggunakan karung goni basah apabila api belum besar," kata dia.

Sosialisasi yang dilakukan pun, kata dia, langsung menyasar rumah-rumah penduduk. 10 subsektor Sudin Damkar Jaksel tiap harinya rutin melakukan edukasi.

Ia mengklaim upaya preventif tersebut berhasil menekan luasan area terbakar saat kejadian hingga meminimalisir kerugian materil.

"(Jumlah) kebakaran memang tinggi tapi kecil-kecil, kalau tahun lalu itu besar-besar. Kita bisa minimalisir kerugian materil juga," kata dia.
Baca juga: Arus pendek listrik jadi penyebab terbanyak kebakaran di DKI Jakarta
Baca juga: Kebakaran dominasi bencana di DKI

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019