Jadi ada halal travel value chain, di mana orang mulai dari keluar rumah hingga pulang lagi itu sudah terhubung dengan teknologi tinggi
Jakarta (ANTARA) - Pariwisata halal disebut tidak bisa terlepas dari teknologi terutama di era digital seperti saat ini, kata Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar.

Sapta dalam Trisakti Tourism Award and Conference 2019 di Jakarta, Kamis, mengatakan dalam kesehariannya masyarakat telah memanfaatkan banyak aplikasi seluler mulai dari memesan transportasi, mengecek arus lalu lintas, reservasi tempat makan, hingga untuk beribadah.

"Jadi ada halal travel value chain, di mana orang mulai dari keluar rumah hingga pulang lagi itu sudah terhubung dengan teknologi tinggi. Belum lagi sosial media," katanya.

Meski teknologi sudah tidak bisa dihindari, pariwisata adalah sektor yang harus dinikmati secara langsung. Oleh karena itu, teknologi diharapkan membuka peluang bagi perkembangan pariwisata.

Sapta menuturkan wisata halal menjadi peluang besar yang harus segera digarap maksimal oleh Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sudah sepatutnya Indonesia memainkan peran dalam wisata halal.

Berdasarkan Global Muslim Travel Index 2019, pasar wisata halal diproyeksi tumbuh hingga 274 miliar dolar AS pada 2023. Jumlah wisatawan halal yang mencapai 140 juta orang pada 2018 juga diprediksi akan terus tumbuh hingga 160 juta orang pada 2020 mendatang.

Sementara itu, penggunaan teknologi diperkirakan akan dapat mendorong pembelian paket perjalanan secara online (daring) hingga 180 miliar dolar AS pada 2026.

"Pasarnya besar, kalau kita tidak iyakan (ambil) ini ya tidak apa-apa, tapi orang lain yang akan ambil (peluang) ini," ujar Sapta.

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019