Semarang (ANTARA News) - Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mulai tahun perkuliahan 2008/2009 menghapus program ekstensi karena keberadaannya tidak sesuai dengan kebijakan Direktorat Pendidikan Tinggi. Pembantu Rektor I Undip, Prof. Ign. Riewanto, di Semarang, Kamis, mengatakan program ekstensi Undip tidak mungkin mengikuti aturan Dikti yang hanya membolehkan setiap mahasiswa mengambil sembilan satuan kredit semester (SKS) per semester. "Kalau aturan itu diterapkan, berarti masa studi mahasiswa ekstensi dua kali lebih lama bahkan lebih dari itu. Kalau program ekstensi ingin dapat akreditasi, syarat ini harus dipenuhi," katanya. Karena itu, Undip memilih menutup program ekstensi mulai tahun 2008. Meski demikian, belasan ribu mahasiswa ekstensi tidak perlu resah, sebab mereka tetap bisa menuntaskan studi strata satu (S-1) hingga lulus sarjana. "(Mahasiswa ekstensi) yang masih tersisa akan dihabiskan," katanya. Menurut catatan, di Undip terdapat 10 fakultas dengan jumlah mahasiswa reguler lebih dari 30.000 orang. Kecuali Fakultas Kedokteran, seluruh fakultas membuka program ekstensi. Namun, menurut Riewanto, jumlah mahasiswa ekstensi lebih sedikit dibanding mahasiswa reguler. Ia menambahkan, mulai penerimaan mahasiaswa baru 2008, Undip juga membuka kelas paralel reguler. Namun Riewanto tidak mau mengatakan bahwa pembukaan kelas ini merupakan pengganti dari program ekstensi yang dihapuskan. Undip yang saat ini sedang menuju universitas riset juga akan menghapus kelas diploma, namun belum ditentukan kapan penghapusan ini akan dimulai. Rektor Undip Prof. Susilo Wibowo dalam berbagai kesempatan menegaskan, untuk menjadi universitas riset, Undip akan fokus pada pendidikan pascasarjana (S-2 dan S-3) dengan tetap membuka program S-1 yang dijaring lewat SPMB dan Ujian Masuk Mandiri (UMM). Langkah Undip menghapus program ekstensi ini termasuk terlambat, sebab tahun lalu Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang peringkat mutunya di bawah Undip, sudah meniadakan kelas ekstensi (paralel). Tidak seperti Undip yang mengompensasi hilangnya mahasiswa ekstensi dengan pembukaan kelas paralel, Unnes hanya menerima mahasiswa reguler sehingga jumlah mahasiswa pada tahun-tahun mendatang ditarget mencapai angka ideal, sekitar 15.000 orang dari lebih 20.000 mahasiswa pada saat ini. Keberadaan kelas ekstensi atau paralel di perguruan tinggi negeri selama ini juga sering ditentang perguruan tinggi swasta (PTS). PTS menuduh, dengan dibukanya program ekstensi di PTN itu sama saja mengambil pangsa pasar PTS.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008