iIdustri farmasi dan bahan farmasi terus didorong perkembangannya melalui berbagai kemudahan dan insentif berupa pengurangan pajak maupun bea masuk yang ditanggung pemerintah serta bentuk insentif lainnya.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mengapresiasi industri farmasi PT Ferron Par Pharmaceutical yang mengekspor produk perdananya yakni obat diabetes Avamina SR ke Polandia.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono saat membacakan sambutan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara pelepasan ekspor ke Polandia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa.

“Kami mengapresiasi PT Ferron Par Pharmaceutical yang telah berkomitmen dan berkontribusi dalam membangun industri farmasi nasional dan saat ini telah berhasil menjajaki pasar ekspor baru ke Polandia yang sebelumnya telah berhasil memasuki pasar Inggris,” kata Sigit

Menurut Sigit, ekspor perdana ini menjadi milestone keberhasilan PT Ferron Par Pharmaceuticals sebagai salah satu industri farmasi nasional yang mampu berkembang memperluas pasar ekspor.

Sebagai industri andalan masa depan, kata Sigit, industri farmasi dan bahan farmasi terus didorong perkembangannya melalui berbagai kemudahan dan insentif berupa pengurangan pajak maupun bea masuk yang ditanggung pemerintah serta bentuk insentif lainnya.

Dengan adanya Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan juga menginstruksikan 12 Kementerian/Lembaga agar saling bersinergi dan mendukung dalam mendorong kemandirian obat nasional.

Baca juga: Industri farmasi Indonesia tembus pasar Polandia ekspor obat diabetes

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I/ 2019 industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,12 persen dan memberikan kontribusi industri tersebut terhadap PDB industri pengolahan non migas sebesar 3,24 persen dan terus meningkat selama 5 tahun terakhir.

Saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit walaupun ekspor di tahun 2018 sebesar 1.136 juta dolar AS atau meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 1.101 juta dolar AS.

“Untuk itu, pemerintah sangat menghargai investasi dan perluasan pasar PT. Ferron Par Pharmaceutical bagi pengembangan fasilitas produksi dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar health careinternasional,” ungkapnya.

Sigit menambahkan, industri farmasi adalah industri yang memiliki karakteristik padat modal (capital intensive), high technology, R&D intensive, heavily regulated,dan fragmented market.

Saat ini industri farmasi di dalam negeri ada 206 perusahaan, dan didominasi oleh 178 perusahaan swasta nasional, serta diikuti sebanyak 24 perusahaan Multi National Company (MNC) dan 4 perusahaan BUMN.

Industri farmasi dalam negeri termasuk industri yang telah lama berdiri dan mampu memenuhi 75 persen kebutuhan obat dalam negeri.

Namun industri farmasi ini masih terkendala pasokan bahan baku dari dalam negeri, sehingga hampir 90 persen bahan bakunya masih dipenuhi dari impor.
Baca juga: Kemenperin: Industri kimia, farmasi, dan tekstil tumbuh 3,6 persen
 

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019