Jakarta (ANTARA) - Pendiri PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Yustian Ismail menyoroti kinerja perusahaan tersebut yang hingga pertengahan tahun ini pendapatannya belum mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.

"Selain target laba yang belum tercapai, rasio dana lancar yang dimiliki oleh KBN dengan utang sangatlah jomplang," kata Yustian Ismail dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Menurut Yustian, pendapatan KBN hingga Juni 2019 belum mencapai 20 persen dari target yang ditetapkan, padahal sekarang sudah pertengahan tahun.

Selain itu, ia juga berpendapat bahwa kalau KBN tidak mendapatkan uang yang banyak pada bulan Agustus 2019, kondisi KBN bisa saja terpuruk.

Ditambahkan Yustian, kini kondisi keuangan KBN justru memikul beban berat berupa banyaknya tagihan-tagihan yang sedang berebutan masuk, di antaranya ada yang jumlahnya sangat besar, seperti untuk pembiayaan pembangunan area C-4.

“Untuk membayar utang-utang tersebut, KBN tidak akan mampu kecuali menambah pinjaman lagi," jelasnya.

Terkait laporan keuangan KBN, Yustian meminta pemerintah untuk menugaskan auditor independen yang profesional.

Hal tersebut, lanjutnya, guna menguak permasalahan yang terjadi di dalam tubuh KBN.

Terkait dengan kisruh pengembangan pelabuhan Marunda, Yustian mengatakan bahwa wilayah yang dipermasalahkan bukan milik KBN, jadi harusnya tidak ada masalah, apalagi hal tersebut sudah berlangsung sejak 2004 dan berjalan lancar.

"KBN harus kembali ke konsep awal, karena tidak ada ahli pelabuhan di KBN. Salah kamar KBN masuk ke pelabuhan," ucapnya.

Baca juga: Wapres imbau jaga pelayanan saat kunjungi PT KBN
Baca juga: Menkeu inginkan peningkatan pelayanan dalam fasilitas Kawasan Berikat
Baca juga: IPC dukung Pelabuhan Tanjung Priok operasikan Pelabuhan Marunda

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019