Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka menitipkan surat jaminan dari dirinya untuk penangguhan penahanan terhadap Baiq Nuril kepada Nasir Jamil dan Bambang Soesatyo selama menunggu proses permohonan amnesti kepada Presiden Joko Widodo.

Rieke Diah Pitaloka menandatangani surat jaminan tersebut, di hadapan puluhan wartawan, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu, dan kemudian menitipkannya kepada Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dan anggota Komisi III DPR RI Muhammad Nasir Jamil.

Baca juga: Anggota DPR berharap Presiden mengabulkan amnesti Baiq Nuril

Baca juga: KY menghormati putusan kasus Baiq Nuril dan Syafruddin

Baca juga: Rieke Diah Pitaloka mengajukan penangguhan eksekusi Baiq Nuril



Rieke Diah Pitaloka pada kesempatan tersebut, menyampaikan pesan kepada Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dan Anggota Komisi III DPR RI Nasir Jamil agar segera menyampaikan surat jaminan tersebut kepada Jaksa Agung, M Praestyo, untuk menangguhkan penahanan terhadap Baiq Nuril.

Menurut dia, Baiq Nuril sudah mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung atas kasus pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menimpa dirinya, tapi permohonannya tidak dikabulkan. Karena itu, kata dia, Baiq Nuril akan segera mengajukan permohonan amnesti dari Presiden.

"Selama proses pengajuan permohonan amnesti, maka bisa saja Baiq Nuril dieksekusi oleh Kejaksaan Agung yang memiliki kewenangan melakukan eksekusi untuk melaksanakan putusan Pengadilan. Karena itu, saya memberikan jaminan kepada Baiq Nuril untuk ditangguhkan penahanannnya, selama proses pengajuan permohonan amnesti," katanya.

Dalam surat jaminan tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI ini antara lain menyatakan, menjamin bahwa Baiq Nuril tidak akan melarikan diri selama proses hukumnya berlangsung. "Baiq juga seorang ibu yang masih harus mengurus anak-anaknya," katanya.

Menurut Rieke, dirinya berada di Komisi IX yang tidak bermitra dengan Kejaksaan Agung. Karena itu, dia menitipkan kepada Anggota Komisi III Nasir Jamil yang bermitra dengan Kejaksaan Agung. "Saya harapkan Komisi III dapat segera bertemu dengan Jaksa Agung untuk menyampaikan surat jaminan tersebut," katanya.

Soal permohonan amnesti kepada Presiden, menurut Rieke, amnesti adalah hak prerogatif Presiden. Dirinya tidak akan melakukan intervensi hak Presiden, tapi berharap Presiden Joko Widodo dapat mengabulkan permohonan amnesti dari Baiq Nuril.

Rieke juga menjelaskan, bahwa kasus Baiq Nuril bermula dari kasus pelecehan seksual pada sekitar 2014. Karena Baiq merekam pembicaraan tersebut yang kemudian menyebar, dirinya kemudian diproses hukum. Baiq memenangkan kasus tersebut di tingkat Pengadilan Negeri, tapi kemudian jaksa penuntut umum (JPU) mengajukan banding dan memenangkannya. Baiq kemudian mengajukan PK ke Mahkamah Agung, tapi permohonan PK itu tidak dikabulkan Mahkamah Agung.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019