Jakarta (ANTARA) - Seekor ikan angler fish dari ordo Liphiiformes bertengger di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (21/7) pagi.

Di Indonesia ikan ini dikenal dengan nama sungut ganda. Dunia perairan menjulukinya sebagai monster dasar laut.

Ikan ini terkenal dengan wujudnya yang menyeramkan. Ukuran badannya yang besar dengan mulut lebar seperti bulan sabit, memiliki gigi taring melengkung dan memanjang.

Pada bagian kepalanya terdapat antena memanjang hingga atas moncong di ujungnya terdapat gumpalan daging yang bisa bercahaya, digunakan sebagai sensor untuk mengelabui mangsanya.

Sosok ikan yang menyeramkan ini ditampilkan dalam film "Finding Nemo" besutan rumah produksi World Disney. Saat itu Marlin, ayah Nemo bersama temannya ikan Dory mengarungi laut dalam untuk mencari Nemo yang tertangkap jaring nelayan.

Dory hampir dimakan oleh ikan sungut setelah terhipnotis lampu sensor. Untungnya Marlin menyadari bahwa cahaya yang membuat Dory mendekat adalah sensor lampu yang dimiliki oleh Ikan sungut untuk menjaring mangsanya.

Ikan sungut raksasa telah muncul ke permukaan Jakarta, mendarat Sabtu (20/7) di Pelabuhan Sunda Kelapa. Lalu bergerak ke Bundaran HI menuju Taman Aspirasi Monumen Nasional (Monas) sebagai monster plastik.

Kemunculan ikan sungut ini menjadi pengingat bagi warga Jakarta bahwa plastik yang selama ini dipakai dan berakhir di laut akan kembali ke permukaan sebagai monster plastik yang akan menelan bumi manusia.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti bersama Kaka Slank, Kampanyekan tolak plastik sekali pakai d Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019). (ANTARA News/Laily Rahmawaty)

Pawai bebas plastik
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memimpin kampanye tolak plastik sekali pakai, melakukan pawai berjalan kaki dari Bundaran HI menuju Taman Aspirasi Monas, bersama Kaka Slank, Ridho Slank dan musisi Navicula dari Bali.

Mereka berjalan sambil memegangi spanduk besar bertuliskan 'tolak plastik sekali pakai'. Di belakang mereka massa aksi ikut mengiringi, sedangkan di depan monster plastik berjalan dengan pongahnya.

Monster plastik berbadan besar terbentuk dari kumpulan sampah plastik seberat 500 kg. Memiliki antena di kepala yang ujungnya bergantung bola dunia. Wujudnya mempresentasika. monster yang siap menelan bumi.

"Monster plastik yang ada ini diambil dari sampah-sampah pantai di Bali, dikumpulkan hanya dalam waktu kurang dari setengah hari dapat setengah ton lebih," kata Susi.

Dapat dibayangkan jika di Jakarta dengan penduduknya yang padat menghasilkan 500 monster plastik setiap harinya. Apalagi jika warganya tidak mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.

"Serem tidak?," kata Susi membayangkan.
Seniman 'cosplay' Ironman memandang monster plastik melintas di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019). (ANTARA News/Laily Rahmawaty)

Lindungi laut dari plastik
Sejumlah pemerintah daerah sudah melarang pemakaian plastik sekali pakai, seperti Bali, Banjarmasin, Balikpapan dan Kota Bogor. Tapi plastik masih begitu banyak dan akan seperti apa jadinya kalau upaya mengurangi dan melarang tidak dilakukan.

Susi mengingatkan, 71 persen wilayah Indonesia adalah laut, jika plastik tidak diikendalikan maka sampahnya yang dibuang setiap hari oleh masyarakat 70 persennya akan berakhir di laut.

Butuh waktu 400 tahun untuk mengurai sampah plastik. Sampah plastik yang masuk ke laut mengancam ekosistem perikanan yang ada di dalamnya. Sejumlah penelitian menemukan ikan mengandung mikroplastik di dalam tubuhnya.

"Kita perlu ikan, perlu laut yang indah. Ikan untuk kita makan, ikan untuk industri perikanan kita," kata Susi.

Baca juga: Susi kampanye pelarangan plastik sekali pakai di institusi pemerintah
Baca juga: Menteri Susi ancam "tenggelamkan" pembuang sampah plastik ke laut


Ikan sebagai sumber protein, menghasilkan sumber daya manusia yang pintar, sehat. Ikan merupakan konsumsi protein yang mudah didapat, mudah diambil dan sangat murah dibandingkan dengan daging ayam dan sumber protein lainnya.

Laut harus dijaga sebagai masa depan bangsa. Sejalan dengan program yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak 2014 menjaga laut Indonesia.

Upaya menjaga laut dilakukan oleh KKP mengusir pencuri ikan, menenggelamkan kapal para pencuri. Lalu, ketika para pencuri ikan sudah tenggelam, kini waktunya menjaga laut dari plastik.

"Pembuang sampah plastik ke lautan juga harus kita tenggelamkan," kata Susi.

Jika penggunaan plastik sekali pakai tidak dikurangi dan dilarang, maka diperkirakan tahun 2040 laut Indonesia akan lebih banyak plastik dari pada ikan. Cilakanya jika plastik sudah memenuhi lautan, protein yang dimakan berasal dari plastik.
Seorang warga melihat tumpukan sampah plastik yang ditata menyerupaian ombak di lautan, karya seni ini dipamerkan di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019). (ANTARA News/Laily Rahmawaty)

Kurangi Plastik 
Presiden Joko Widodo fokus membangun sumber daya manusia Indonesia yang hebat, syaratnya makan cukup protein. Protein yang mudah dan murah bersumber dari laut yakni ikan, udang dan sebagainya.

Bagaimana mungkin protein dicukupi jika laut dipenuhi oleh sampah plastik, bisa jadi protein yang di makan bersumber dari plastik.

Sampah plastik masuk ke laut harus dicegah, pencegahan tidak hanya di laut saja, tapi juga harus dilakukan di wilayah hulu yakni daratan.

Vokalis grup band Slank, Akhadi Wira Satriaji atau kerap disapa Kaka mengatakan kampanye tolak plastik sekali pakai bagian dari merevolusi diri sendiri untuk mau bergerak mengurangi sampah plastik dimulai dari sendiri.

Cara yang dilakukan untuk mengurangi sampah plastik cukup sederhana menurut dia, yakni tidak menggunakan sedotan plastik saat minum tes es manis, atau meminum air kelapa langsung tanpa pakai sedotan.

"Kalau belanja di mart, mini market, cuma dua atau tiga item saja, enggak usah minta kantong plastik," katanya.
Menteri Susi, Kaka Slank, Ridho Slank dan Navicula, musisi Bali, Kampanyekan tolak penggunaan plastik sekali pakai di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta Pusat, Minggu (21/7/2019). (ANTARA News/Laily Rahmawaty)

"Trendsetter"
Pawai bebas plastik menjadi kampanye terbesar tolak penggunaan plastik sekali pakai di Jakarta. Tujuannya untuk mendorong pemerintah DKI Jakarta ikut ambil bagian dalam pengurangan sampah plastik.

Ada tiga isu utama yang disuarakan, yakni pemerintah melarang plastik sekali pakai, pemerintah memperbaiki sistem tata kelola sampah dan produsen maupun pelaku usaha bertanggungjawab atas sampahnya.

DKI Jakarta dibilang terlambat dibandingkan dengan Bogor, Balikpapan, Banjarmasin dan Bali yang sudah memberlakukan larangan plastik sekali pakai lebih duluan.

Harusnya Jakarta menjadi "rule model" bagi wilayah lain. Apalagi adanya putusan Mahkamah Agung Nomor 29P/HUM/2019 menjadi landasan pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah terkait pengendalian sampah plastik.

"Sebetulnya DKI Jakarta harus malu, Bali sudah duluan, Balikpapan juga sudah, Bogor dan Banjarmasih juga. Jakarta harusnya jadi 'trendsette' tolak plastik sekali pakai," kata Kaka Slank.

Banyak orang mengaku tidak membuang sampah langsung ke laut. Tapi buang sampah ke tempat sampah dekat dengan sungai, irigasi dan parit yang mengalir ke sungai. Dari sungai mengalir ke laut.

Sampah plastik yang masuk ke laut akan dimakan oleh ikan, nelayan pun akan menangkap lebih banyak plastik ketimbang ikan. Protein ikan diperlukan untuk bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang pintar.

Saat ini Indonesia menjadi nomor dua penghasil ikan di Eropa dan nomor empat di dunia. Predikat baru yang disematkan untuk Indonesia sebagai pembuang sampah plastik ke laut terbesar nomor dua di dunia.

Predikat ini sebagai sesuatu yang memalukan bangsa. Upaya mengurangi sampah plastik perlu dilakukan bersama-sama, menjaga lingkungan bersama-sama. Kampanyekan kepada seluruh institusi pemerintah melarang penggunaan plastik sekali pakai, termasuk di KKP tidak boleh bawa plastik sekali pakai ke kantor.

Upaya nyata juga perlu dilakukan warga Jakarta mencegah plastik ke laut dengan pencegahannya; menghentikan pemakaian plastik sekali pakai dan sebagainya.
Baca juga: KKP siapkan perangkat, kurangi sampah plastik di pelabuhan perikanan
Baca juga: Meneladani gerakan bebas plastik dari timur Jakarta
 

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019