Lebak (ANTARA) - Pendidikan Madrasah Aliyah (MA) di Provinsi Banten masuk kategori terbaik keempat tingkat nasional dari hasil nilai Ujian Nasional (UN) pada Tahun Ajaran 2018/2019.

"Kita mengapresiasi, dari 100 MA/SMA di Indonesia nilai UN tertinggi MA keempat diraih Banten," kata Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten Idris Jumroni di Lebak, Senin.

Keberhasilan prestasi pelajar MA Banten itu tentu cukup membanggakan masyarakat, karena tidak ada satu pun SMA Negeri meraih prestasi tertinggi hasil UN.

Adapun, nilai tertinggi hasil UN itu diraih SMA Swasta yakni SMA Kristen. Prestasi siswa itu menunjukkan kualitas dan mutu pendidikan MA Banten cukup baik.

Selain itu juga siswa MA Banten banyak menoreh prestasi di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional hingga internasional.

Mereka meraih prestasi diberbagai bidang akademik juga sains terapan teknologi hingga lomba MTQ, Tahfid Qura'an, kajian Tafisr dan Hadist. "Saya kira pendidikan MA itu sudah tidak dipandang sebelah mata, karena banyak menoreh prestasi akademik itu," ujar Mantan Kepala MTS 1 Rangkasbitung.

Menurut dia, masyarakat saat ini lebih mempercayai pendidikan MA. Pada Tahun Ajaran 2019-2020 siswa yang mendaftar membludak hingga madrasah setempat membatasi penerimaan siswa baru.

Keunggulan pendidikan MA pada terpenuhinya bidang pelajaran umum, karakter, akhlak hingga kurikulum sains tidak tertinggal.

Meski pendidikan MA itu digratiskan melalui BOS Nasional Rp1,4 juta/siswa/tahun, namun mutu dan kualitas pendidikan menjadikan prioritas.

Selain itu juga pendidikan MA diuntungkan dengan adanya sistem zonasi pada penerimaan siswa baru. Tujuan zonasi itu cukup baik dengan pemerataan siswa berprestasi, namun Kementerian Agama tidak memberlakukan sistem zonasi tersebut. "Kami tidak menerapkan zonasi, tetapi diharapkan ada MA unggulan," katanya menjelaskan.

Untuk meningkatkan pendidikan bermutu, para tenaga pengajar harus memiliki kualifikasi dan minimal sarjana pendidikan.

Selain itu pihaknya mengoptimalkan pelatihan, lokakarya (workshop), bimtek tentang kependidikan (pedagogik) di masing-masing kelompok kerja madrasah (KKM).

Begitu juga guru harus mampu mengoperasikan informasi teknologi (IT), karena menjadikan tuntutan untuk menguasai teknologi tersebut.

Apabila, tenaga pendidik itu tidak mampu mengoperasikan IT maka akan tertinggal karena guru membuat kisi-kisi soal mata pelajaran hingga mengisi soal menggunakan daring (online). "Kami terus meningkatkan tenaga guru MA profesional," katanya.

Sementara itu, Humas MAN 1 Rangkasbitung Kabupaten Lebak H Dede Haryadi mengatakan penerimaan siswa baru terpaksa dibatasi akibat keterbasan ruangan kelas. Siswa yang mendaftar mencapai 320 siswa, sedangkan penerimaan dibatasi sebanyak 216 siswa.

Para siswa sebanyak 216 orang itu sesuai dengan jumlah rombongan belajar (rombel) sebanyak enam ruangan kelas. Karena itu, pihak sekolah memberlakukan tes ujian untuk penerimaan siswa tersebut.

Tes ujian itu di antaranya mampu membaca Al Quran juga pengetahuan umum karena sebagai syarat untuk diterima di MAN 1 Rangkasbitung.

Dari 320 siswa itu, kata dia, siswa yang diterima sebanyak 216 dan sisanya 104 siswa harus keluar. Para siswa yang diterima itu terbagi tiga jurusan antara lain IPA, IPS dan Ilmu Bahasa. "Kami mengutamakan tes ujian agar siswa di sini meraih prestasi terbaik," katanya.

Baca juga: Banten tak alokasikan pendidikan gratis untuk Aliyah

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019