Madiun (ANTARA) - Sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, rawan  kekeringan dan krisis air bersih selama musim kemarau tahun 2019 yang diprakirakan berlangsung lebih lama dari waktu normal.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Supriyanto mengatakan pemetaan daerah rawan kekeringan dan krisis air bersih oleh BPBD setempat telah final dilakukan dan menetapkan 10 kecamatan rawan bencana kekeringan.

"Yaitu, Kecamatan Pilangkenceng, Saradan, Gemarang, Kare, Wungu, Dagangan, Dolopo, Kebonsari, Geger, dan Balerejo," ujar Supriyanto kepada wartawan di Madiun, Kamis.

Sebelumnya, BPBD Kabupaten Madiun memetakan terdapat enam kecamatan yang rawan kekeringan. Yakni, di Kecamatan Dagangan, Dolopo, Wungu, Geger, Gemarang, dan Kare.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak terkait serta pemerintah kecamatan, terdapat beberapa wilayah langganan krisis air bersih setiap musim kemarau. Pihaknya juga telah menetapkan status siaga bencana kekeringan sejak memasuki bulan kedua musim kemarau tahun ini.

Status siaga itu berdasarkan survei atas penyusutan volume air di tiga waduk yang ada di Kabupaten Madiun. Namun secara keseluruhan, hingga saat ini wilayah yang berpotensi krisis air bersih di Madiun sebagian besar masih sama.

Dari 10 kecamatan tersebut, pihaknya akan fokus di daerah yang sering mengalami krisis air bersih setiap tahun, di antaranya di daerah Dagangan, Dolopo, Wungu, Geger, Gemarang, dan Kare.

Guna menangani ancaman kekeringan di musim kemarau tahun 2019, BPBD Kabupaten Madiun akan mendistribusikan bantuan air bersih bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Madiun ke desa-desa yang membutuhkan.

Pemkab Madiun juga menambah pemasangan sumur pompa air dalam di beberapa titik rawan kekeringan. Pihaknya juga mengimbau masyarakat tetap waspada dan menghemat penggunaan air bersih.

Baca juga: Pemprov Jatim jamin dampak kekeringan tak pengaruhi produksi padi
Baca juga: BMKG: Sejumlah wilayah Jatim berpotensi terjadi kekeringan ekstrim
Baca juga: BPBD Ngawi tunggu dana penanggulangan kekeringan dari Pemprov Jatim

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019