Tokyo (ANTARA) - Kurs dolar AS diperdagangkan di dekat level tertinggi dua minggu terhadap yen di perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena investor memangkas ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve menjelang rilis data ekonomi utama AS, hari ini.

Euro menahan kenaikannya setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan kebijakannya sehingga, mengecewakan beberapa pelaku pasar yang memprediksi kemungkinan pelonggaran moneter. Presiden ECB Mario Draghi juga terdengar lebih optimis pada ekonomi zona euro dari yang diperkirakan beberapa investor, membatasi spekulasi bank akan memasuki siklus pelonggaran berkepanjangan.

Selain komentar Draghi, kenaikan imbal hasil surat utang negara AS dan data pada Kamis (25/7/2019) yang menunjukkan lonjakan pesanan barang modal AS memberikan lebih banyak alasan bagi investor untuk mempertimbangkan kembali harapan pelonggaran moneter global.

Dengan tidak adanya ajang besar yang dijadwalkan di Asia, investor kemungkinan akan melihat data ekonomi AS pada hari ini. Fokus kemudian bergeser ke pertemuan Federal Reserve dan bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), minggu depan.

The Fed secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga, tetapi ada pandangan yang berkembang bahwa langkah tersebut mungkin merupakan peristiwa satu kali, bukan awal dari siklus pelonggaran berkelanjutan. BOJ juga terbagi atas apakah akan melonggarkan kebijakan, tetapi harapan untuk sebuah langkah itu rendah.

"Pasar telah maju dengan ekspektasi untuk penurunan suku bunga, dan sekarang kami mulai memperbaikinya," kata Takuya Kanda, manajer umum penelitian di Gaitame.Com Research Institute di Tokyo.

“Ini mendukung dolar. Ini juga berarti sulit untuk menguji penurunan euro pada level ini. "

Dolar AS diperdagangkan pada 108,675 yen, mendekati tingkat tertinggi dua minggu di 108,755 yen. Greenback berada di jalur untuk kenaikan 0,9 persen pada minggu ini, yang akan menjadi yang terbesar sejak minggu yang berakhir 1 Maret.

Terhadap enam mata uang utama, indeks dolar AS berada di 97.791 setelah mencapai tertinggi dua bulan di 98,133. Indeks dolar naik 0,7 persen dalam seminggu.

Data yang akan dirilis Jumat ini, diperkirakan menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 1,8 persen pada kuartal kedua dari 3,1 persen pada kuartal sebelumnya, tetapi investor akan fokus pada belanja konsumen untuk mengukur kekuatan ekonomi yang mendasarinya.

The Fed secara luas diperkirakan akan menurunkan kisaran target 2,25 persen-2,50 persen sebesar 25 basis poin pada pertemuan yang berakhir 31 Juli, tetapi harapan untuk penurunan yang lebih besar 50 basis poin telah berkurang karena data ekonomi positif.

Sebelum The Fed bertemu, BOJ mengumumkan keputusan kebijakannya pada 30 Juli. Para pejabat bank sentral terpecah mengenai apakah akan melonggarkan kebijakan, tetapi beberapa pihak berpendapat tidak ada kebutuhan segera untuk tindakan itu karena permintaan domestik mengimbangi ekspor yang lemah.

Euro diperdagangkan pada 1,1143 dolar AS, pulihan ringan dari terendah dua bulan 1,1102 dolar AS. Namun, euro turun 0,7 persen minggu ini.

Setelah pertemuan ECB, Draghi mengindikasikan bank siap untuk menurunkan suku bunga pada keputusan berikutnya pada September dan mempertimbangkan opsi lain untuk pelonggaran, tetapi komentarnya mengenai risiko resesi yang rendah mendukung euro.

Sterling berpindah tangan pada 1,2455 dolar AS, dengan kerugian mingguan 0,5 persen. Mata uang Inggris telah stabil sejak Boris Johnson menjadi perdana menteri baru negara itu, tetapi masih ada ketidakpastian tentang negosiasi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.

Baca juga: Dolar AS bergerak di kisaran sempit terhadap yen jelang pertemuan ECB
Baca juga: Survei: Fed akan turunkan suku bunga pertama kalinya dalam satu dekade
Baca juga: Dolar dan euro datar, tunggu keputusan suku bunga Fed dan ECB

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019