Jika hanya menerapkan inovasi eksklusif yakni mengesampingkan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti industri untuk memastikan kebutuhan riset maka jarang sekali hasil riset tersebut berhasil hingga ke hilirisasi dan komersialisasi, padahal hasi
Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono mengatakan inovasi inklusif (inclusive innovation) mendorong hilirisasi hasil riset ke industri dan komersialisasi ke publik.

"Dari awal itu kita sudah harus komunikasi dengan industri, tidak bisa kita ini perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan ini meneliti sendiri, setelah jadi kita tawarkan ke industri, itu tidak bisa. Jadi harus dari awal (industri) dilibatkan, makanya itulah yang disebut sebagai 'inclusive innovation'," kata Agus kepada wartawan di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Rabu (31/7).

Agus mengatakan jika hanya menerapkan inovasi eksklusif yakni mengesampingkan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti industri untuk memastikan kebutuhan riset maka jarang sekali hasil riset tersebut berhasil hingga ke hilirisasi dan komersialisasi, padahal hasil-hasil riset anak-anak bangsa diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam negeri dan internasional.

Menurut Agus, skema dulu seperti ada tembok tebal antara perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan serta industri. Dengan skema seperti ini, masing-masing pihak berjalan sendiri melakukan riset tanpa adanya kolaborasi dan kerja sama.

Baca juga: Bio Farma teken LoI awali kerja sama hilirisasi riset PTN

Padahal, ketika peneliti meneliti maka hendaknya penelitian tersebut menjawab atau sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat sehingga diterima pasar dengan mudah. Untuk bisa memahami kebutuhan industri dan masyarakat, maka harus ada komunikasi dan suara dari industri dan masyarakat yang harus ditangkap para peneliti dalam melakukan risetnya.

Untuk itu, skema saat ini dan ke depan berubah menjadi inovasi inklusif bukan eksklusif yakni dengan melibatkan semua pihak terkait dan mendorong hilirisasi dan komersialisasi hasil riset. Dengan begitu, diharapkan makin banyak hasil riset bangsa Indonesia yang bisa dihilirisasi dan dikomersialisasikan.

"Kalau dulu kan perguruan tinggi, peneliti seperti ada tembok tebal antara perguruan tinggi dan industri, akhirnya apa? Penelitian yang bagus kayak apapun sampai di sana mangkrak, nah ini sekarang sudah mulai kita buka dari awal menggunakan cara 'inclusive innovation', melibatkan semua pihak termasuk industri, perguruan tinggi, dan juga tidak hanya itu bisa juga dengan ekonom regulator, ahli hukum dan lain sebagainya," ujarnya.

Baca juga: Staf Khusus Presiden mengapresiasi lahan SIUTI hasil riset ULM

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019