Dubai (ANTARA) -

Sedikitnya 15 warga Ethiopia tewas setelah kapal yang akan menyelundupkan mereka ke Yaman rusak dan menyebabkan mereka terdampar di laut tanpa makanan atau air selama seminggu, ujar Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Berdasarkan kesaksian korban yang selamat, sebagian besar korban meninggal karena kelaparan dan kehausan. Sementara yang lain menenggelamkan diri sendiri dan tidak mendapatkan bantuan medis.

Selama lebih dari empat tahun, perang saudara yang berlangsung di Yaman telah menelan korban hingga puluhan ribu orang.

Yaman saat ini di ambang bencana kelaparan akibat perang saudara yang tak kunjung usai.

Meskipun demikian, ribuan migran yang sebagian besar dari Afrika tiba di Yaman setiap tahun.

Ribuan migran tersebut berharap bisa pindah ke negara-negara Arab dan kawasanTeluk yang kaya agar bisa keluar dari jerat kemiskinan dan pengangguran di dalam negeri.

"Para migran melakukan perjalanan dari Djibouti ke Yaman ketika kapal penyelundup itu rusak," kata IOM di akun resminya diTwitter Selasa malam.

"Mereka yang ada di kapal melaporkan bahwa mereka yang meninggal disebabkan kelaparan, kehausan dan tenggelam, sementara beberapa orang meninggal di Yaman karena mereka tidak dapat mencapai fasilitas kesehatan tepat waktu," tambahnya.

Kapal penyelundup yang membawa 90 orang Ethiopia itu tiba di kota pelabuhan Aden, di bagian selatan Yaman, ujar Organisasi Internasional untuk Migrasi itu, tanpa memberikan perincian tentang bagaimana kapal itu sampai di Aden.

Sebagian besar keberadaan korban yang selamat tidak diketahui, tambah organisasi internasional itu seperti dikutip Reuters, Selasa.

Pada bulan Mei, Organisasi Internasional untuk Migrasi menyerukan pembebasan lebih dari 3.000 migran, sebagian besar orang Ethiopia.

Berdasarkan laporan, para migran tersebut ditahan dalam kondisi tidak manusiawi di dua pusat penahanan di Aden dan Lahj, yang berada di bawah kendali pemerintah Yaman, yang didukung Saudi.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE) yang memimpin koalisi militer melakukan intervensi pada 2015 untuk melawan kelompok Houthi yang didukung Iran.

Upaya intervensi ini dilakukan untuk mengembalikan kekuasan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Sumber: Reuters
Baca juga: Lebih dari 50 orang tewas akibat serangan di Ethiopia Barat
Baca juga: PBB minta pembebasan ribuan tahanan migran di Yaman
​​​​​​​
Baca juga: Sejumlah jasad dari kapal tenggelam di Tunisia kembali ditemukan


 

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019