Ternate (ANTARA) - Kegiatan belajar mengajar di seluruh sekolah yang ada di daerah terdampak gempa di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, memulih setelah dua pekan lebih terhenti menyusul gempa dengan magnitudo 7,2 pada 14 Juli 2019.

Wakil Bupati Halmahera Selatan Iswan Hasjim dihubungi saat dihubungi dari Ternate, Jumat, mengatakan bahwa sekolah-sekolah yang bangunannya rusak berat akibat gempa menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di tenda.

Sementara sekolah-sekolah yang bangunannya hanya mengalami kerusakan ringan sampai sedang dan dinilai masih aman, menurut dia, tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar di ruang-ruang kelas yang masih memungkinkan untuk digunakan.

Guna mendukung kegiatan belajar mengajar di daerah terdampak gempa, khususnya 38 desa yang mengalami tingkat kerusakan terparah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Selatan telah mengirim guru relawan.

Tim pemulihan trauma dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara serta instansi terkait lainnya juga turun untuk mendampingi anak-anak memulihkan trauma akibat bencana.

Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, kata Wakil Bupati, sedang mendata kerusakan sekolah di daerah terdampak gempa dan kemudian akan mengusulkan alokasi pendanaan untuk memperbaikinya.

Pemerintah kabupaten akan memprioritaskan pembangunan gedung sekolah yang rusak berat supaya murid-murid yang sampai sekarang harus belajar di tenda bisa segera pindah ke ruang kelas permanen.

Menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, gempa yang pada 14 Juli melanda sebagian wilayah Halmahera Selatan membuat 5.000 lebih siswa dari 42 Sekolah Dasar dan 20 Sekolah Menengah Pertama harus belajar di dalam tenda karena bangunan sekolah mereka rusak.

Baca juga:
Pemkab diminta bangun sekolah darurat pasca gempa 7,2 SR
Rp40 miliar dibutuhkan bangun huntara korban gempa Halmahera Selatan

Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019