Saat bencana terjadi, maka respon atau penanggulangan, tidak boleh menelantarkan hak bayi dan anak mendapat asupan gizi, ASI dan makanan mendampingi ASI yang layak.
Palu (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bayi dan anak perlu dijamin atas haknya mendapat asupan gizi yang layak dalam situasi tanggap darurat maupun pascabencana di shelter pengungsian.

"Kebutuhan atas asupan makan bayi dan anak, perlu dukungan kuat dan harus menjadi arusutama multisektoral dalam penanggulangan pascabencana," ucap Satgas ASI IDAI, Dokter Wiyarni Pambudi, di Palu, Selasa (6/8).

Pernyataan Dokter Wiyarni Pambudi disampaikan dalam media workshop yang digelar Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) atau Save The Children, dengan tema "peran media dalam melindungi, mempromosikan dan mendukung menyusui" dalam rangka peringati pekan ASI se-dunia 2019 yang mengangkat tema "ayah dan ibu kunci keberhasilan menyusui", di Palu, Selasa.

Saat bencana terjadi, maka respon atau penanggulangan, tidak boleh menelantarkan hak bayi dan anak mendapat asupan gizi, ASI dan makanan mendampingi ASI yang layak.

Wiyarni menguraikan, respon atau penanggulangan pascabencana terkait hal itu, yaitu menyediakan tenda khusus untuk ibu dan bayi yang layak, nyaman dan aman untuk menyusui.

Baca juga: YSTC ajak media dukung gerakan menyusui dalam situasi darurat bencana

Kemudian, mengusahakan adanya akses bantuan praktis bagi ibu dengan keluhan menyusui. "Sarana konseling untuk ibu yang ada masalah pascabencana terkait dengan menyusui atau memberikan ASI eksklusif di lokasi pengungsian, penting dan harus ada," kata dia.

Selanjutnya, harus dijamin dan dipastikan bahwa kebutuhan untuk ibu menyusui di lokasi pengungsian terpenuhi.

"Asupan nutrisi, cairan, tempat istirahat, dan dukungan dari semua pihak untuk ibu menyusui, sangat perlu ada. Ini tidak boleh luput dari perhatian," sebut dia.
Selanjutnya, melakukan advokasi bahwa menyusui atau memberi ASI eksklusif dalam situasi darurat bencana dan pascabencana penting dilakukan.

"Penting menyusui di situasi darurat bencana. ASI selalu tersedia dan siap diberikan tanpa harus menunggu bantuan datang," ujar dia.

Ia menjelaskan, ASI bermanfaat untuk membentuk antibodi bayi dan anak, serta menurunkan risiko kematian.

Ia menambahkan, menyusui atau memberikan ASI eksklusif tidak menghasilkan sampah, berbeda dengan memberikan susu formula sebagai asupan gizi bagi dan anak.

Saat dan pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi menghantam Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, dalam situasi darurat itu bayi dan anak hampir tidak terpenuhi haknya. Apalagi berkaitan dengan penyediaan tenda yang nyaman, aman dan layak untuk digunakan oleh ibu menyusui.

Baca juga: Dua negara ASEAN bantu bangun hunian korban gempa Palu
Baca juga: Kemen PUPR belum terima data konkret jumlah huntap di Palu dan Sigi
Dokter Wiyarni Pambudi menyampaikan materi dalam media workshop yang digelar Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) atau Save The Children, dengan tema "peran media dalam melindungi, mempromosikan dan mendukung menyusui" dalam rangka peringati pekan ASI se-dunia 2019 yang mengangkat tema "ayah dan ibu kunci keberhasilan menyusui", di Palu, Selasa. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019