Jakarta (Antaranews Sulsel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah 30 poin dari Rp14.043 menjadi Rp14.073 per dolar AS di Jakarta, Rabu pagi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan minimnya sentimen positif yang beredar di dalam negeri membuat pergerakan nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS.
"Permintaan dolar AS meningkat seiring prospek kenaikan suku bunga The Fed sehingga rupiah bergerak di atas level Rp14.000 per dolar AS," kata Reza.
Ia mengemukakan pernyataan salah satu anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Raphael Bostic yang yakin dengan kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini sebanyak tiga kali.
"Perekonomian AS yang dinilai cenderung membaik menyebabkan tekanan inflasi akan meningkat sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga," katanya.
Di sisi lain, lanjut Reza, data cadangan devisa Indonesia menurun turut membuat sentimen di pasar keuangan cenderung negatif. Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir April 2018 sebesar 124,9 miliar dolar AS, masih cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 sebesar 126,0 miliar dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat dan penguatan data ekonomi AS secara umum membuat mata uang dolar AS kembali terapresiasi.
"Minat pelaku pasar terhadap dolar AS cenderung terus meningkat seiring perbaikan ekonomi AS," kata Ariston.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan minimnya sentimen positif yang beredar di dalam negeri membuat pergerakan nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar AS.
"Permintaan dolar AS meningkat seiring prospek kenaikan suku bunga The Fed sehingga rupiah bergerak di atas level Rp14.000 per dolar AS," kata Reza.
Ia mengemukakan pernyataan salah satu anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Raphael Bostic yang yakin dengan kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini sebanyak tiga kali.
"Perekonomian AS yang dinilai cenderung membaik menyebabkan tekanan inflasi akan meningkat sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga," katanya.
Di sisi lain, lanjut Reza, data cadangan devisa Indonesia menurun turut membuat sentimen di pasar keuangan cenderung negatif. Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir April 2018 sebesar 124,9 miliar dolar AS, masih cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 sebesar 126,0 miliar dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat dan penguatan data ekonomi AS secara umum membuat mata uang dolar AS kembali terapresiasi.
"Minat pelaku pasar terhadap dolar AS cenderung terus meningkat seiring perbaikan ekonomi AS," kata Ariston.