Makassar (Antaranews Sulsel) - Forum Rektor Indonesia (FRI) mengutuk keras peledakan tiga bom gereja di Surabaya, aksi teror narapidana terorisme Mako Brimob, dan perilaku teror/biadab atas dalih apapun.

Ketua FRI Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA di Makassar, Senin, mengatakan kejadian menyedihkan ini pertanda bahwa radikalisme yang biadab ini masih ada di Indonesia.

"Padahal perilaku sadis atas dalih apapun sangat merusak hubungan kemanusiaan dan keluar dari perilaku bangsa Indonesia yang beradab,"katanya.

Menjelang bulan suci Ramadhan 1439 H dikejutkan dengan aksi narapidana Terorisme di Mako Brimob serta ledakan bom di tiga Gererja di Surabaya, Ahad.

Oleh karena itu Dewan Pertimbangan dan Pimpinan Forum Rektor Indonesia (FRI) bersikap yakni pertama mengecam dan mengutuk keras segala tindakan kebiadaban, kekerasan, radikalisme, dan terorisme, apapun motif dan tujuan yang mendasarinya.

Agama apapun tidak mengajarkan perilaku sadisme, teror, menyebar kebencian, dan kekerasan. Semua agama di muka bumi ini cinta akan perdamaian dan keselamatan untuk seluruh umat manusia, bahkan alam.

Kedua menyampaikan turut berbela sungkawa yang sangat mendalam kepada keluarga korban atas musibah yang sedang dialami. Semoga keluarga, kerabat, dan kita semua diberi-Nya ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan berat ini.

Ketiga mendorong penuh agar aparat keamanan bertindak tegas tanpa pandang bulu dalam mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya perilaku biadab itu secara komprehensif, cepat dan tuntas. Stop gerakan radikalisme secara intensif dari pelbagai pihak. FRI siap untuk bekerjasama dengan semua pihak yang menginginkan perdamaian, ketenangan, dan keselamatan NKRI.

Keempat meminta semua pemuka agama, tokoh masyarakat dan pimpinan Kampus untuk selalu menabur benih dan mengajarkan kebaikan, perdamaian, serta toleransi. Menjauhi perilaku biadad, keras, dan benci karena adanya perbedaan. Ingat bahwa perbedaan adalah rahmat.

Ingat Indonesia mempunyai ideologi Pancasila yang baik untuk hubungan dengan Tuhan secara vertikal dan hubungan dengan sasama manusia secara horizontal. Ingat bahwa semua manusia adalah bersaudara.

Sementara kelima menyerukan warga Perguruan Tinggi selalu mendahulukan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara, tetap bersatu dalam perdamaian, saling menolong untuk kebaikan, keselamatan, keamanan, kemaslahatan, dan ketenteraman hidup sebagai anggota civitas akademika dan warga negara yang baik.

Warga kampus harus menjadi teladan dalam kehidupan politik, sosial, budaya dalam koridor NKRI.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024