Makassar (Antaranews Sulsel) - Balai Besar Karantina Ikan dan Pengendali Mutu (BBKIPM) Makassar mencatat adanya penurunan ekspor ikan pada triwulan satu pada 2018 ini.
Kepala Balai Besar Karantina Ikan dan Pengendali Mutu (BBKIPM) Makassar Sitti Chadijah di Makassar, Kamis, menyatakan, hasil pendataan yang dilakukan oleh pihaknya itu menunjukkan adanya penurunan angka jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
"Kalau data yang kami terima memang terjadi penurunan dan penurunan itu ada pada lima komoditas ikan ekspor," ujarnya.
Berdasarkan data, volume ekspor komoditi perikanan Sulawesi Selatan pada Triwulan I Tahun 2018 menurun 5,62 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di Tahun 2017.
Pada triwulan I tahun 2017 tercatat volume ekspor komoditi perikanan sebesar 6.695 ton turun menjadi 6.318 ton pada triwulan I tahun 2018.
Penurunan volume ekspor komoditi perikanan ini sangat dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor udang vannamei yang merupakan komoditi utama ekspor komoditi perikanan yang penurunannya mencapai 19,51 persen.
Namun jika dilihat dari tren ekspor udang vannamei dari bulan Januari 2017 hingga Maret 2018, maka dapat dikatakan bahwa penurunan volume ekspor ini masih dalam kategori wajar dan tidak menggeser udang vannamei dari urutan pertama komoditi ekspor Sulawesi Selatan.
Adapun lima komoditi utama yang mendominasi ekspor perikanan di Sulawesi Selatan pada Triwulan I Tahun 2018 berturut-turut ditempati oleh udang vannamei, gurita, rumput laut, ikan kerapu dan tuna.
Gurita mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 93,71 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017.
Hal ini menempatkan gurita pada posisi kedua volume ekspor komoditi perikanan Sulawesi Selatan periode I Tahun 2018. Peningkatan volume ekspor gurita ini disebabkan tingginya permintaan pasar dunia terhadap gurita.
Berturut-turut volume ekspor rumput laut meningkat sebesar 21,16 persen, Kerapu menurun 34,16 persen, Tuna meningkat 19,61 persen bila dibandingkan triwulan I tahun 2017.
"Total secara keseluruhan penurunan volume ekspor sebesar 5,62 persen tidak berpengaruh dan masih berada dalam kategori wajar," ucapnya.
Kepala Balai Besar Karantina Ikan dan Pengendali Mutu (BBKIPM) Makassar Sitti Chadijah di Makassar, Kamis, menyatakan, hasil pendataan yang dilakukan oleh pihaknya itu menunjukkan adanya penurunan angka jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
"Kalau data yang kami terima memang terjadi penurunan dan penurunan itu ada pada lima komoditas ikan ekspor," ujarnya.
Berdasarkan data, volume ekspor komoditi perikanan Sulawesi Selatan pada Triwulan I Tahun 2018 menurun 5,62 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di Tahun 2017.
Pada triwulan I tahun 2017 tercatat volume ekspor komoditi perikanan sebesar 6.695 ton turun menjadi 6.318 ton pada triwulan I tahun 2018.
Penurunan volume ekspor komoditi perikanan ini sangat dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor udang vannamei yang merupakan komoditi utama ekspor komoditi perikanan yang penurunannya mencapai 19,51 persen.
Namun jika dilihat dari tren ekspor udang vannamei dari bulan Januari 2017 hingga Maret 2018, maka dapat dikatakan bahwa penurunan volume ekspor ini masih dalam kategori wajar dan tidak menggeser udang vannamei dari urutan pertama komoditi ekspor Sulawesi Selatan.
Adapun lima komoditi utama yang mendominasi ekspor perikanan di Sulawesi Selatan pada Triwulan I Tahun 2018 berturut-turut ditempati oleh udang vannamei, gurita, rumput laut, ikan kerapu dan tuna.
Gurita mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 93,71 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017.
Hal ini menempatkan gurita pada posisi kedua volume ekspor komoditi perikanan Sulawesi Selatan periode I Tahun 2018. Peningkatan volume ekspor gurita ini disebabkan tingginya permintaan pasar dunia terhadap gurita.
Berturut-turut volume ekspor rumput laut meningkat sebesar 21,16 persen, Kerapu menurun 34,16 persen, Tuna meningkat 19,61 persen bila dibandingkan triwulan I tahun 2017.
"Total secara keseluruhan penurunan volume ekspor sebesar 5,62 persen tidak berpengaruh dan masih berada dalam kategori wajar," ucapnya.