Makassar (Antaranews Sulsel) - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sulawesi Selatan menggelar fokus grup diskusi (FGD) membahas mengenai pengembangan usaha UMKM dalam merebut pasar internasional.
     
"Sekarang adalah waktunya untuk berlari kencang apalagi sudah disetujui perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Semua negara-negara di ASEAN bisa dengan leluasa menjual produknya," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sulsel Abdul Malik Faisal saat membuka FGD memperingati HUT UMKM Internasional di Makassar, Kamis.
     
Dalam FGD itu diikuti oleh seluruh mitra terkait, mulai dari para pengusaha, mahasiswa, komunitas, korporasi, akademisi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun lainnya.
     
Malik mengatakan peringatan HUT UMKM Internasional itu juga digelar beberapa kota di Indonesia dengan mengangkat tema yang sama yakni "Humane Entrepreneurship for Better Indonesia". 
     
Ia mengungkapkan pada 16 Juni 2016, Indonesia menjadi tonggak sejarah di mana anak bangsa ini menjadi salah satu inisiator Hari UMKM Internasional. 
   
"Saat itu bertempat di markas PBB di New York, Indonesia diwakili oleh Menterl Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga bersama enam menteri dari negara lain menginisiasi hari UMKM Intenasional itu," katanya.
     
Malin menyatakan khusus di Sulawesi Selatan potensi UMKM sangat besar jika dikelola dengan baik dan tekun. Hanya saja, kata dia, umumnya orang-orang di Sulsel itu lebih cepat puas dengan hasil jerih payahnya.
   
 "Banyak orang itu selalu cepat merasa puas dengan hasil usahanya, padahal kalau itu dipoles sedikit dan ditingkatkan, maka pasar internasional bisa kita raih," katanya.
     
Beberapa perwakilan yang hadir dalam FGD itu banyak mengemukakan mengenai peranan pemerintah yang belum bersinergi dengan baik dengan para pengusaha khususnya UMKM.
   
Erni Yusnita salah satu pelaku UMKM mengaku jika dirinya bersama komunitasnya yang lain itu punya alat yang cukup canggih untuk bisa memproduksi makanan atau minuman dalam bentuk pengalengan dan tahan hingga berbulan-bulan.
     
Namun disisi lain dirinya mempertanyakan lambatnya semua proses perizinan yang dibutuhkan untuk bisa mengembangkan usahanya menjadi sebuah industri.
     
"Yang kami rasakan itu adalah masih panjangnya prosedural untuk mendapatkan perizinan walaupun saya sudah berkomunikasi dengan pak kadis tapi masih ada hal-hal yang membuat perizinan itu lambat," ucapnya. 

 

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024