Makassar (Antaranews Sulsel) - Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Soni Sumarsono mengagumi kekayaan budaya Toraya yang ditunjukkan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 Kabupaten Tana Toraja.
"Budaya Toraja luar biasa, nuansa ke-Indonesia-an yang berbhineka tunggal ika sangat kental terasa dalam lagu, gerak, musik, dan tari yang digelar. Saya sangat terkesan," kata Soni saat menghadiri puncak peringatan HUT ke-61 kabupaten Tana Toraja di Tana Toraja, Jumat.
Kabupaten Tana Toraja, kata dia, adalah daerah yang antar umat dan tokoh agamanya dikenal sangat rukun dan kompak.
Selain itu, dari tema sentral pada peringatan tersebut, yaitu Budaya Toraja Perekat Bangsa, hadir nuansa kerakyatan seorang pemimpin yang ditunjukkan dengan visi kesejahtraan yang dapat diterjemahkan dalam bahasa masyarakat yang sangat menyentuh.
Visi tersebut adalah "Jangan biarkan rakyatku lapar, jangan biarkan rakyatku bodoh, dan jangan biarkan rakyatku sakit.
Ketika pemimpin mengatakan jangan biarkan rakyat sakit, kata Soni, hal ini berarti sektor kesehatan adalah pelayanan publik yang penting. Visi, jangan biarkan rakyatku bodoh menunjukkan pentingnya sektor pendidikan, sementara jangan biarkan rakyatku lapar menggambarkan pentingnya pertanian dan perekonomian rakyat.
"Apabila ketiga hal ini bisa diterjemahkan dalam pengelolaan pemerintah daerah akan tercapai tujuan Tana Toraja yang sejahterah," ujarnya.
Soni mengaku banyak memperoleh inspirasi dari berbagai aktivitas yang digelar dalam tema "Budaya Toraya ?Perekat Bangsa" tersebut.
"Tema yang diambil ini luar biasa, ini menunjukkan dari Toraja inilah salam persatuan dikumandangkan," kata dia.
Adapun dalam rangkaian peringatan HUT ini, sejak pukul 05.30 wita dilakukan ritual tradisional Aluk Massura Tallang hingga pembukaan pada pukul 10.00 Wita. Penyambutan tamu VVIP dihiasi dengan tarian Bondesan, kemudian kreasi serta atraksi rakyat.
"Budaya Toraja luar biasa, nuansa ke-Indonesia-an yang berbhineka tunggal ika sangat kental terasa dalam lagu, gerak, musik, dan tari yang digelar. Saya sangat terkesan," kata Soni saat menghadiri puncak peringatan HUT ke-61 kabupaten Tana Toraja di Tana Toraja, Jumat.
Kabupaten Tana Toraja, kata dia, adalah daerah yang antar umat dan tokoh agamanya dikenal sangat rukun dan kompak.
Selain itu, dari tema sentral pada peringatan tersebut, yaitu Budaya Toraja Perekat Bangsa, hadir nuansa kerakyatan seorang pemimpin yang ditunjukkan dengan visi kesejahtraan yang dapat diterjemahkan dalam bahasa masyarakat yang sangat menyentuh.
Visi tersebut adalah "Jangan biarkan rakyatku lapar, jangan biarkan rakyatku bodoh, dan jangan biarkan rakyatku sakit.
Ketika pemimpin mengatakan jangan biarkan rakyat sakit, kata Soni, hal ini berarti sektor kesehatan adalah pelayanan publik yang penting. Visi, jangan biarkan rakyatku bodoh menunjukkan pentingnya sektor pendidikan, sementara jangan biarkan rakyatku lapar menggambarkan pentingnya pertanian dan perekonomian rakyat.
"Apabila ketiga hal ini bisa diterjemahkan dalam pengelolaan pemerintah daerah akan tercapai tujuan Tana Toraja yang sejahterah," ujarnya.
Soni mengaku banyak memperoleh inspirasi dari berbagai aktivitas yang digelar dalam tema "Budaya Toraya ?Perekat Bangsa" tersebut.
"Tema yang diambil ini luar biasa, ini menunjukkan dari Toraja inilah salam persatuan dikumandangkan," kata dia.
Adapun dalam rangkaian peringatan HUT ini, sejak pukul 05.30 wita dilakukan ritual tradisional Aluk Massura Tallang hingga pembukaan pada pukul 10.00 Wita. Penyambutan tamu VVIP dihiasi dengan tarian Bondesan, kemudian kreasi serta atraksi rakyat.