Makassar (Antaranews Sulsel) - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar US justru berpotensi menguntungkan mengingat provinsi ini adalah penghasil komoditi perkebunan seperti kopi dan kakao.
     
"Produksi pertanian dan perkebunan Sulsel seperti kakao, cengkeh dan kopi sangat baik, jika ini dikembangkan dan diekspor justru akan memberikan keuntungan di saat kurs rupiah melemah," kata Nurdin di Makassar, Kamis.
     
Nurdin mengaku pelemahan kurs rupiah terhadap dolar menjadi salah satu perhatian pihaknya. Ia mengaku mempelajari krisis moneter yang terjadi di tahun 1998, ketika nilai kurs rupiah juga mengalami pelemahan.
     
"Kita harus belajar pengalaman 1998. Saat itu, di Sulsel orang justru masih bisa membeli mobil. Ini harus kita kembalikan seperti itu," tuturnya.
     
Menurut Nurdin, Sulsel sebagai daerah pertanian perlu membangun  industri pertanian yang akan meningkatkan nilai tambah produk pertanian tersebut. 
     
"Bukan justru industri otomotif seperti pabrik motor yang bahannya masih impor," imbuhnya.
     
Sementara, Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menambahkan untuk antisipasi kenaikan kurs pihaknya masih menunggu kebijakan dan arahan pemerintah pusat.
   
"Karena kita masih baru, kita tunggu dulu kebijakan dari pusat, seperti apa arahannya. Karena kita ini perpanjangan dari pemerintah pusat di daerah," kata dia.
     
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Amkop Makassar Bahtiar Maddatuang optimistis ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak terpengaruh kenaikan nilai tukar dolar US.
     
"Fundamentalisme ekonomi kita (Sulsel) bagus, sehingga kenaikan dolar US tidak akan terlalu berpengaruh," kata Bahtiar.
     
Menurut Bahtiar, fondasi perekonomian Sulsel yang dibangun di era pemerintahan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo cukup kuat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,3 persen, lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 5,4 persen.
     
Di sisi lain, kata dia, neraca ekspor Sulsel juga menunjukkan surplus dibandingkan impor. Ini, lanjutnya, berbeda dari neraca perdagangan secara nasional yang menunjukkan defisit.
     
"Ekonomi goyah saat dolar meningkat ketika impor lebih besar dari pada ekspor, ini tidak terjadi di Sulsel," ucapnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024