Makassar (Antaranews) - Sejumlah pengguna jalan mulai komplain pembangunan proyek jalan tol layang di jalan Andi Pangeran Pettarani Makassar, Sulawesi Selatan, hal itu disebabkan rekayasa jalan proyek tersebut tidak sempurna malah membuat kemacetan cukup parah.

"Seharusnya dikerjakan dulu baru ditutup, faktanya ditutup dulu lama dan belum ada terlihat pekerka disana sehingga kendaraan menumpuk dan menjadi macet," kata Zainal Abidin salah seorang pengendara saat diminta tanggapannya, di Makassar, Kamis.

Jalan yang dipersempit di samping toko Haomart dan terus dipersempit sebelum masuk dijalan Abubakar Lambogo dan jalan Sepakat. Sedangkan untuk arah putar balik menuju jalan Sultan Alauddin juga dibuatkan bukaan. Dan bukaan jalur lain hanya terkhusus pada ke toko-toko tertentu saja di lokasi proyek.

Pengendara lain, Harianto mengatakan bahan bakar yang terkuras selama mengantre dalam kemacetan cukup banyak bisa dua sampai empat liter. Sebab, jalan dipersempit yang menuju ke arah perempatan jembatan layang atau fly over, Urip Sumoharjo, Tol Reformasi dan Perintis Kemerdekaan.

Tidak hanya itu, imbas kemacetan juga sering terjadi di jalan protokol Urip Sumaharjo-Perintis Kemerdekaan bukan hanya jam sibuk tapi jam kerja seperti biasa.

"Kalau begini terus pengendara dirugikan bahan bakarnya. Menunggu antren kendaraan sambil berjalan merayap membutuhkan waktu berjam-jam, apalagi saat pergi dan pulang kerja, "tutur pekerja swasta itu.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ratusan kendaraan menumpuk di lokasi setempat saat masuk dititik lokasi dua arah sebelah kiri ruas jalan ke arah menuju jembatan layang. Tidak hanya jam kantor, di jam-jam lain kendaraan masih terlihat padat merayap.

Bagi pengendara motor mungkin sedikit kesulitan tapi bisa lepas sedikit dari kemacetan, tetapi bagaimana nasib pengendara mobil yang harus berjalan pelan sedikit demi sedikit agar bisa lolos dari jebakan kemacetan. Seharusnya ada solusi yang diberikan pihak proyek agar masyarakat tidak dirugikan.

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Operasional Ditlantas Polda Sulsel AKBP Suratmin mengatakan pihak Ditlantas tidak menutup semua jalan tersebut namun hanya ditutup sebagian disisi kiri dan kanan saja. Penutupan jalan tersebut dimulai 18 Agustus lalu.

Proses penutupan arus tersebut menghubungkan beberapa akses jalan ini serta mengikutkan pengalihan ke beberapa akses jalan lainnya.

"Sudah ada empat rute pengalihan sesuai dengan rencana disepakati sebelumnya. Hal ini dilakukan agar akses jalan masyarakat tidak tergangu," katanya.

Rute tersebut yani jalan Urip Sumohardjo, jalan Dr Leimena, jalan Abd Daeng Sirua, jalan Batua Raya, jalan Toddopuli Raya, jalan Tamalate I, jalan Bonto Daeng Ngirate, jalan Monumen Emmy Saelan dan jalan Sultan Alauddin

Direktur Utama PT Bosowa Marga Nusantara (BMN), Anwar Toha sebagai investor proyek tersebut sebelumnya mengatakan untuk tahap awal proyek pembangunan konstruksi jalan ada penutupan dua lajur sementara hanya sepanjang 500 meter, mulai di sekitar jembatan layang.

"Ditutup sepanjang 500 meter, masing-masing dibuka satu jalur dari arah Tol Reformasi dan satu dari arah jalan Alauddin," katanya.

Bila penutupan ruas jalan itu selanjutnya akan menyesuaikan progres pembangunan tol layang sepanjang kurang lebih empat kilometer. Anwar Toha juga menghimbau pengedara yang melintas di jalur tersebut bisa beralih mencari jalur alternatif.

Dia berharap pengguna jalan dapat menyesuaikan rute serta waktu perjalanan agar mengurangi beban lalulintas di jalan Andi Pangeran Pettarani saat jam puncak pengerjaan.

"Penutupan jalur itu diperlukan agar area kerja pengerjaan pondasi `Bare Pile` dan Pile Cap` bisa bekerja. Setelah pengerjaan selesai akan dilakukan pembongkaran barrier, pembersihan pangkal pohon dan galian," katanya.

Pembangunan tol layang ini juga sebagai penambahan lingkup Jalan Tol Ujung Pandang Seksi I & II (PT BMN), Jalan Tol Layang Andi Pangeran Pettarani (Seksi III) yang dibangun di atas jalan nasional Andi Pangerian Pettarani.

Jalan tol layang yang dibangun sepanjang 4,3 kilometer memiliki nilai investasi sekitar Rp2,2 triliun dengan masa kontruksi selama 22 bulan tanpa adanya pembebasan lahan.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024