Makassar (Antaranews Sulsel) - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah mengungkapkan berbagai tantangan percepatan pembangunan ekonomi yang harus dihadapi daerah itu ke depan.

"Sulsel sejak dulu adalah lumbung pangan nasional, tapi hari ini kemiskinan masih banyak di tingkat petani. Ini tantangan kita," kata Nurdin saat memberikan Kuliah Umum dengan tema Percepatan Pembangunan Ekonomi Sulawesi Selatan di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Bosowa (Unibos), Makassar, Selasa. 

Tantangan lain, menurut mantan Bupati Bantaeng dua periode ini, adalah masalah infrastruktur. Berdasarkan data, kata dia, masih ada sekitar 500 KM jalan provinsi yang rusak. Terhambatnya mobilitas akibat masalah infrastruktur ini jadi faktor penghambat percepatan pembangunan perekonomian.

"Di Sulsel ini ada daerah dengan biaya kendaraan ojek termahal di dunia, untuk ke sana perlu naik ojek tiga hari tiga malam dan bermalam di tengah hutan," ujarnya menyinggung akses jalan menuju Kecamatan Seko di Kabupaten Luwu Utara.

Menurut dia, buruknya infrastruktur ini juga menghambat pengembangan pariwisata yang menjadi salah satu sektor penting dalam percepatan pengembangan perekonomian Sulsel.

"Sulsel memiliki wisata Takabonerate yang merupakan salah satu terumbu karang terbesar di dunia, sayangnya akses ke sana masih menjadi masalah," ujarnya.

Ia menekankan, jika ingin berbicara pembangunan, maka yang harus diperhatikan adalah membangun infrastruktur dan pendidikan sebagai kuncinya. Soal kemiskinan, orang Indonesia tidak layak miskin, maka yang harus dikuasai adalah inovasi teknologi. "Indonesia ini ibarat serpihan surga, apapun yang ditanam akan tumbuh," sebutnya.
 
Oleh karena itu Nurdin minta para mahasiswa harus memacu diri untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan. Tidak ada negara maju yang tidak melibatkan peranan kampus dalam pembangunan. Triple helix penting, terdiri dari pemerintah, dunia kampus dan swasta (bisnis dan dunia usaha) untuk bersinergi. "Kabupaten Bantaeng percepatannya terjadi karena ada bantuan kampus," ujarnya.

Sementara itu, CEO Bosowa Aksa Mahmud menyampaikan masyarakat Sulsel,  jika memiliki pendidikan akan menjadi "singa terbang". Artinya,  jika memiliki pendidikan akan mudah mendapat jabatan.

Ia juga berharap Unibos mampu menghasilkan mahasiswa berkualitas dan mampu bersaing di tingkat global.  "Ke depan pertaruhan yang ada adalah pertaruhan pendidikan, bukan lagi senjata," sebutnya.

Pada kesempatan itu Rektor Universitas Bosowa Saleh Pallu saat membuka acara tersebut mengaku sangat dekat dengan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, bahkan mereka pernah satu kamar saat menempuh pendidikan di Jepang. Selain mereka berdua, juga ada Prof. Ramli Rahim yang kini sebagai akedemisi dan peneliti di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.      "Saya bersama  Prof Ramli Rahim dari Unhas, dan kembali juga sama-sama," imbuhnya.

Saleh Pallu memotivasi mahasiswa untuk meraih cita-citanya, seperti yang diraih oleh mereka bertiga (Nurdin Abdulah, Saleh Pallu dan Prof Ramli Rahim). "Kalau kita dulu bicara kembali ke Indonesia mau jadi apa. Saya bilang Pak Nurdin jadi bupati saja, kalau saya jadi mau jadi dekan saja, dan Prof Ramli peneliti," ungkapnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024