Jakarta (Antaranews Sulsel) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi kembali menguat sebesar tujuh poin dari posisi Rp14.540 menjadi Rp14.533 per dolar,  ditopang oleh penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pergerakan dolar AS cenderung tertahan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah perayaan Thanksgiving.

"Pergerakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat juga cenderung bergerak turun, sehingga menambah topangan bagi rupiah," katanya.

Dari dalam negeri, ia menambahkan, pelaku pasar uang masih mencermati defisit transaksi berjalan serta terkait revisi aturan Daftar Negatif Investasi (DNI) dalam Paket Kebijakan XVI.

"Meski demikian, situasi itu tidak menghalangi penguatan rupiah yang mampu memanfaatkan pelemahan sejumlah mata uang global," katan reza. Ia berharap sentimen dari dalam negeri tetap kondusif sehingga tidak menghalangi apresiasi rupiah.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan nilai tukar rupiah yang bergerak menguat juga seiring harga minyak mentah dunia yang sedang berada dalam tren pelemahan.

"Turunnya harga minyak diperkirakan dapat membantu mengurangi defisit neraca migas," katanya.

Editor: Risbiani Fardaniah

Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024