Makassar (ANTARA) - Kepala UPT Pelatihan Kesehatan Sulawesi Selatan, Drg Rosmiati Mantang mengungkapkan, pusat pelatihan tenaga kesehatan di bawah kepemimpinannya akan berfokus pada peningkatan SDM untuk bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

"Kita pilih fokus K3 karena ini belum ada. Jadi intinya setiap pembelajaran dan kurikulum, kita akan menyusupkan materi untuk safety dalam bekerja," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.

Ilmu K3 dinilai sangat berpengaruh pada public service atau exelence service oleh tenaga kesehatan yang seharusnya mengutamakan kondisi safety diri masing-masing terlebih dahulu sebelum memberikan pelayanan.

Selain bidang K3, fokus lainnya ialah olahraga, ini lantaran sarana dan prasarana telah tersedia. Betapa tidak, UPT Pelatihan Kesehatan Sulsel terbentuk dari gabungan tiga sektor, yakni Balai kesehatan kerja Masyarakat (BKKM), Balai Kesehatan Olah raga Masyarakat (BKOM) dan Akper Anging Mammiri.

"Jadi kita ingin mengoptimalkan prasarana yang ada sekarang agar tetap bisa dimanfaatkan, tentu juga bisa digunakan bagi masyarakat umum sehingga mampu menyumbang PAD buat Sulsel," ungkap Rosmiati yang akrap disapa dr. Umi.

Pada operasinya, UPT baru ini masih menunggu surat balasan dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementrian Kesehatan RI untuk memperoleh pengawasan pada saat melakukan kegiatan, sebab belum mengantongi akreditasi.

"Jadi kita sudah ada planing untuk kegiatan bulan April. Tapi saya juga belum bisa pastikan, tergantung bagaimana dengan balasan surat kami," terangnya.

Sembari menunggu surat pusdiklat Kemenkes, Drg Umi juga tengah menyiapkan tenaga pengajar yang harus memiliki kualifikasi WI (widia iswara) melalui BPPKI (Balai Pusat Pelatihan Kesehatan Indonesia) sesuai dengan aturan tenaga pengajar kediklatan.

Kebutuhan tenaga pengajar WI ini dibutuhkan sedikitnya tujuh orang, diawali dengan tes kompetensi 64 pegawai terdiri dari 17 dosen yang ada di ruang lingkup UPT Pelatihan Kesehatan Sulsel.

Tenaga kesehatan yang akan menjadi peserta pelatihan juga dituntut memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya ialah tenaga kesehatan yang benar melakukan pelayanan kesehatan setiap harinya sesuai disiplin ilmu yang dimiliki. Sebab kembali akan dilakukan klarifikasi kepada instansi yang menaungi masing-masing peserta nantinya.

"Misalnya perawat, peserta ini betul-betul mengerjakan fungsional keperawatan, seperti di UGD atau ruang perawatan. Karena jangan sampai sudah kita latih ternyata dia cuma tugasnya di rekam medik atau bagian pendaftaran. Sia-sia kan," tegasnya.

Sesuai aturannya, setiap kelas diklat akan dipenuhi minimal 20 orang dan maksimal 30 orang. Dengan jangka waktu paling sedikit tiga hari dan terbanyak 12 hari sesuai dengan materi yang diinginkan.

Berada di Kelurahan Banta-bantaeng, UPT Pelatihan Kesehatan ini diharapkan bisa memberikan daya ungkit terutama skill dan knowledge dari para peserta khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Sulsel.

"Seringkali kita dengarkan keluhan sistim pelayanan yang masih kurang. semoga dengan hadirnya kami, bisa mengambil bagian untuk mengurangi keluhan itu melakukan peningkatan SDM dan pelayanan terhadap masyarakat," harapnya.

Pewarta : NS Wardyah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024