Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kembali merencanakan revitalisasi Benteng Somba Opu sebagai pusat kebudayaan daerah yang telah ditetapkan menjadi Heritage atau lokasi bersejarah di Sulsel.

"Pemprov Sulsel merencanakan revitalisasi pada 2020 nanti. Sementara penganggarannya masih kita lakukan pembicaraan dengan pemerintah pusat,"ujar Pelaksana tugas Sekertaris Daerah Pemrov Sulsel  Ashari Faksirie Radjamilo di Makassar, Selasa.

Menurutnya, Benteng Somba Opu adalah warisan sekaligus cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan sehingga perlu pengembalian fungsi-fungsinya seperti sedia kala.

Maksud dan tujuan revitalisasi tersebut, kata dia, guna pengembangan budaya kedepan serta bagaimana Benteng Somba Opu ini dapat dijadikan pusat kebudayaan di Sulsel selain Benteng Rotterdam yang masih ada.

Selain itu, harapan dari revitalisasi untuk pengembangan kebudayaan sekaligus wadah bagi seniman dan pemerhati budaya menjadikan lokasi tersebut sebagai pusat mempelajari ilmu kebudayaan yang semakin pupus tergerus jaman.

"Kita akan restorasi Benteng Somba Opu, mengembalikan atau memulihkan kepada keadaan semula bangunan sejarah yang masih tersisa disana. Restorasi itu juga bagian dari revitalisasi," paparnya.

Kepala Badan Kepegawaian Provinsi Sulsel ini mengemukakan, bila rencana revitalisasi itu direalisasikan maka pusat kebudayaan di Sulsel telah hadir dan generasi muda akan mudah mendapatkan pengetahun tentang adat istiadat dan kebudayannya.

"Di kota ada Benteng Rotterdam, di luar daerah ada Benteng Rotterdam yang merupakan induk dari Benteng Rotterdam. Bila revitalisasi itu disetujui pemerintah pusat tentu para seniman, budayawan serta anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa punya wadah untuk belajar dan berkreasi, bahkan menjadi destinasi wisata," tambahnya.

Benteng Somba Opu (BSO) terletak di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, berbatasan antara Kota Makassar. Benteng didirikan pada awal abad ke-16 atas usaha Raja Gowa ke-9 Karaeng Tumapa'risi Kallona, kemudian dilanjutkan Karaeng Tunipallangga Ulaweng.

Di tahun 1545, Karaeng Tunipallangga (Raja Gowa ke-10) selanjutnya mulai memmbangun dengan memperkuat struktur dinding benteng dengan batu padas. Ketika masa pemerintahan Tunijallo (Raja Gowa ke-12), benteng selanjutnya dipasangkan meriam berat disetiap sudut bastion untuk menghalau musuh.

Tempat ini pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, bahkan rempah-rempah diperjualbelikan untuk beberapa pedagang baik dari Asia, sekitar wilayah Indonesia dan wilayah Eropa.

Namun pada tahun 1669, benteng utama pertahanan Raja Gowa tersebut di kuasai VOC kemudian dihancurkan. Saat terjadi pasang dan ombak besar benteng ini pun ikut tenggelam. Di tahun 1980-an sejumlah ilmuan datang ke Sulsel untuk mencari dan menemukan sisa benteng ini. Pada tahun 1990 benteng direkonstruksi agar bisa terlibat lebih baik.
 

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024