Hangzhou (ANTARA) - Kalau Mao Zedong memiliki strategi desa mengepung kota dalam menjalankan revolusi di China, maka Jack Ma punya strategi tersendiri menjadikan desa sebagai basis perekonomian digital.
Pria berusia 55 tahun itu membangun Alibaba yang kini menjadi raksasa perdagangan berbasis elektronik (e-dagang) di daerah asalnya di Hangzhou. Bukan di Shanghai atau kota-kota besar lainnya di daratan Tiongkok yang secara ekonomi jauh lebih maju.
Kini Hangzhou yang berjarak sekitar 1.280 kilometer di sebelah tenggara Beijing bukan saja dikenal sebagai markas utama Alibaba melainkan juga telah menjelma sebagai pusat ekonomi digital China.
Ibu Kota Provinsi Zhejiang itu telah diakui dunia atas keberhasilannya menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 Kelompok 20 Ekonomi Utama (G-20) pada 2016. Hangzhou juga ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games ke-19 pada 2022.
Pada 2017 produk domestik bruto (PDB) Hangzhou mencapai 1,25 triliun RMB atau meningkat beberapa kali lipat dibandingkan pada 2001 yang hanya 156 miliar RMB. PDB per kapitanya juga naik dari 3.025 dolar AS pada 2001 menjadi 19.936 dolar AS pada 2017.
Kota ini telah banyak mengembangkan industri baru, termasuk farmasi, teknologi informasi, alat berat, komponen otomotif, peralatan rumah tangga, elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, dan makanan olahan.
"Alibaba sebagaimana yang saya lihat telah berhasil menciptakan 'business center' dari daerah untuk orang daerah," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali saat bertemu Antara di Hangzhou pada 9-10 Mei 2019.
Panggung musik tradisional di ajang festival Aliday di markas Alibaba di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Jumat (10/5/2019). (M. Irfan Ilmie)
Bukan hanya di Provinsi Zhejiang, Alibaba juga mampu memberdayakan perekonomian masyarakat perdesaan di provinsi lainnya.
Hasil pertanian di beberapa daerah di China tidak saja bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat desa itu sendiri.
Bahkan melalui platform penjualan daring yang dibangun oleh Alibaba seperti Taobao, Tmall, dan Freshippo, barang hasil panen para petani di mana pun berada bisa dinikmati oleh konsumen dalam jangka waktu tidak lebih dari 72 jam.
Ekosistem yang dibangun Alibaba bukan saja menciptakan distribusi barang dan jasa di China melainkan juga menjangkau 193 negara. Melalui jaringannya yang sangat luas itu pula, produk-produk dari Indonesia juga mudah didapat di platform belanja daring Alibaba.
"Alibaba telah mampu menyederhanakan ekonomi yang dulunya inefisien menjadi mudah. Ekonomi digital telah mengubah kekuatan yang tadinya kita kenal sebagai korporasi berubah menjadi platform. Yang tadinya 'control resources' menjadi orkestrasi 'resources'," ujar Rhenald.
Jika dulu, perekonomian hanya dikembangkan oleh korporasi yang memiliki akses luas perbankan, maka Alibaba telah menyulapnya menjadi orkestrasi bervaluasi tinggi.
Kalau dulu transaksi jual-beli barang bisa dilakukan dua arah antara penjual dan pembeli yang sering kali menimbulkan rasa tidak percaya antarkeduanya, maka di tangan Alibaba sebagai konduktor transaksi menjadi lebih mudah dan simpel.
Petani bisa langsung menerima uang begitu hasil panennya diterima langsung oleh konsumen tanpa harus menunggu dua atau tiga bulan seperti sistem konsinyasi pembayaran yang diterapkan oleh sejumlah supermarket di Indonesia.
Petani yang tidak mendapatkan akses perbankan tidak perlu menggadaikan nasibnya kepada kaum rentenir atau pengijon agar sawah atau ladangnya tergarap meskipun harga hasil panennya jatuh hingga tingkat terendah.
Memberdayakan kaum tani seperti yang dilakukan Alibaba bukan hal yang sulit untuk diterapkan di Indonesia.
"Saya yakin itu bisa karena di Indonesia sudah ada dana desa yang cukup bebsar. Orang desa harus mulai belajar karena nantinya produksi dan konsumsi akan bertemu di desa," pesan Rhenald.
Apresiasi
Sejak didirikan pada 1999, Alibaba telah menghasilkan pendapatan sebesar 250,26 miliar RMB dengan jumlah karyawan di seluruh dunia sebanyak 66.421 orang.
Jack Ma menyadari pencapaian itu haruslah disyukuri bersama orang-orang di sekitarnya, khususnya di Hangzhou dan para karyawan Alibaba.
Sebagai seorang berlatar belakang filantropis, pria bernama asli Ma Yun itu punya kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Penyakit SARS yang mewabah pada 2003 sehingga memaksa para karyawannya bekerja dari rumah untuk menghindari paparan virus mematikan menjadi catatan tersendiri bagi Jack Ma yang saat itu sedang besusah payah membangun usaha rintisan (start-up) bersama rekan-rekannya.
Dua tahun kemudian insiden itu diperingatinya dalam sebuah festival. Perayaan Aliday yang ditunggu-tunggu masyarakat China dan karyawan Alibaba dari berbagai penjuru dunia sudah menjadi agenda rutin setiap tanggal 10 Mei.
Masyarakat dari berbagai daerah di China dan beberapa negara tumpah-ruah di kompleks Alibaba di pinggiran Kota Hangzhou pada tanggal itu.
Dan Aliday tahun ini sangat spesial bagi Andrew Budiman. Meskipun baru delapan bulan bergabung dengan Alibaba Indonesia, pria berusia 28 tahun itu bisa merayakan resepsi pernikahannya dengan Amelia Materina.
Andrew-Amelia salah satu di antara 102 pasangan muda dari berbagai negara yang merayakan pernikahannya pada Aliday dengan perpaduan konsep tradisional-modern.
Pakaian pengantin dan seremonialnya bernuansa tradisional Tiongkok, namun fasilitas yang diberikan bertabur teknologi modern, salah satunya adalah akomodasi di Hotel Flyzoo yang pelayanannya berteknologi digital dan robotik.
Fitriyani Burki asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang sudah lima tahun bergabung dengan Alibaba Group di Hangzhou punya cerita tersendiri.
Menurut dia, Alibaba memperingati ulang tahun para karyawan dengan cara yang tidak biasa dengan menggunakan filosofi minuman anggur berkualitas.
Para karyawan mendapatkan apresiasi berupa pin bagi yang baru bekerja selama setahun, liontin giok bagi yang tiga tahun, dan cincin emas 18 karat untuk masa kerja lima tahun.
"Ibarat anggur yang memberikan aroma harum dalam masa satu tahun. Kemudian lembut saat memasuki masa tiga tahun dan baru matang setelah lima tahun. Sebagai karyawan, tentu rasanya terharu mendapatkan apresiasi itu," katanya mengenai filosofi Jack Ma tentang minuman anggur itu.
Kejutan lain didapat Dian Safitri yang mengepalai bidang Corporate Affairs Alibaba di Indonesia dari perusahaannya.
"Suatu hari saya menerima dua syal sutra yang cantik dari kantor pusat. Ketika membaca kartu ucapan, saya mengetahui bahwa ini merupakan hadiah Alibaba yang ditujukan untuk kedua orangtua saya," ujarnya.
Pria berusia 55 tahun itu membangun Alibaba yang kini menjadi raksasa perdagangan berbasis elektronik (e-dagang) di daerah asalnya di Hangzhou. Bukan di Shanghai atau kota-kota besar lainnya di daratan Tiongkok yang secara ekonomi jauh lebih maju.
Kini Hangzhou yang berjarak sekitar 1.280 kilometer di sebelah tenggara Beijing bukan saja dikenal sebagai markas utama Alibaba melainkan juga telah menjelma sebagai pusat ekonomi digital China.
Ibu Kota Provinsi Zhejiang itu telah diakui dunia atas keberhasilannya menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 Kelompok 20 Ekonomi Utama (G-20) pada 2016. Hangzhou juga ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games ke-19 pada 2022.
Pada 2017 produk domestik bruto (PDB) Hangzhou mencapai 1,25 triliun RMB atau meningkat beberapa kali lipat dibandingkan pada 2001 yang hanya 156 miliar RMB. PDB per kapitanya juga naik dari 3.025 dolar AS pada 2001 menjadi 19.936 dolar AS pada 2017.
Kota ini telah banyak mengembangkan industri baru, termasuk farmasi, teknologi informasi, alat berat, komponen otomotif, peralatan rumah tangga, elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, dan makanan olahan.
"Alibaba sebagaimana yang saya lihat telah berhasil menciptakan 'business center' dari daerah untuk orang daerah," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali saat bertemu Antara di Hangzhou pada 9-10 Mei 2019.
Bukan hanya di Provinsi Zhejiang, Alibaba juga mampu memberdayakan perekonomian masyarakat perdesaan di provinsi lainnya.
Hasil pertanian di beberapa daerah di China tidak saja bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat desa itu sendiri.
Bahkan melalui platform penjualan daring yang dibangun oleh Alibaba seperti Taobao, Tmall, dan Freshippo, barang hasil panen para petani di mana pun berada bisa dinikmati oleh konsumen dalam jangka waktu tidak lebih dari 72 jam.
Ekosistem yang dibangun Alibaba bukan saja menciptakan distribusi barang dan jasa di China melainkan juga menjangkau 193 negara. Melalui jaringannya yang sangat luas itu pula, produk-produk dari Indonesia juga mudah didapat di platform belanja daring Alibaba.
"Alibaba telah mampu menyederhanakan ekonomi yang dulunya inefisien menjadi mudah. Ekonomi digital telah mengubah kekuatan yang tadinya kita kenal sebagai korporasi berubah menjadi platform. Yang tadinya 'control resources' menjadi orkestrasi 'resources'," ujar Rhenald.
Jika dulu, perekonomian hanya dikembangkan oleh korporasi yang memiliki akses luas perbankan, maka Alibaba telah menyulapnya menjadi orkestrasi bervaluasi tinggi.
Kalau dulu transaksi jual-beli barang bisa dilakukan dua arah antara penjual dan pembeli yang sering kali menimbulkan rasa tidak percaya antarkeduanya, maka di tangan Alibaba sebagai konduktor transaksi menjadi lebih mudah dan simpel.
Petani bisa langsung menerima uang begitu hasil panennya diterima langsung oleh konsumen tanpa harus menunggu dua atau tiga bulan seperti sistem konsinyasi pembayaran yang diterapkan oleh sejumlah supermarket di Indonesia.
Petani yang tidak mendapatkan akses perbankan tidak perlu menggadaikan nasibnya kepada kaum rentenir atau pengijon agar sawah atau ladangnya tergarap meskipun harga hasil panennya jatuh hingga tingkat terendah.
Memberdayakan kaum tani seperti yang dilakukan Alibaba bukan hal yang sulit untuk diterapkan di Indonesia.
"Saya yakin itu bisa karena di Indonesia sudah ada dana desa yang cukup bebsar. Orang desa harus mulai belajar karena nantinya produksi dan konsumsi akan bertemu di desa," pesan Rhenald.
Apresiasi
Sejak didirikan pada 1999, Alibaba telah menghasilkan pendapatan sebesar 250,26 miliar RMB dengan jumlah karyawan di seluruh dunia sebanyak 66.421 orang.
Jack Ma menyadari pencapaian itu haruslah disyukuri bersama orang-orang di sekitarnya, khususnya di Hangzhou dan para karyawan Alibaba.
Sebagai seorang berlatar belakang filantropis, pria bernama asli Ma Yun itu punya kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitar.
Penyakit SARS yang mewabah pada 2003 sehingga memaksa para karyawannya bekerja dari rumah untuk menghindari paparan virus mematikan menjadi catatan tersendiri bagi Jack Ma yang saat itu sedang besusah payah membangun usaha rintisan (start-up) bersama rekan-rekannya.
Dua tahun kemudian insiden itu diperingatinya dalam sebuah festival. Perayaan Aliday yang ditunggu-tunggu masyarakat China dan karyawan Alibaba dari berbagai penjuru dunia sudah menjadi agenda rutin setiap tanggal 10 Mei.
Masyarakat dari berbagai daerah di China dan beberapa negara tumpah-ruah di kompleks Alibaba di pinggiran Kota Hangzhou pada tanggal itu.
Dan Aliday tahun ini sangat spesial bagi Andrew Budiman. Meskipun baru delapan bulan bergabung dengan Alibaba Indonesia, pria berusia 28 tahun itu bisa merayakan resepsi pernikahannya dengan Amelia Materina.
Andrew-Amelia salah satu di antara 102 pasangan muda dari berbagai negara yang merayakan pernikahannya pada Aliday dengan perpaduan konsep tradisional-modern.
Pakaian pengantin dan seremonialnya bernuansa tradisional Tiongkok, namun fasilitas yang diberikan bertabur teknologi modern, salah satunya adalah akomodasi di Hotel Flyzoo yang pelayanannya berteknologi digital dan robotik.
Fitriyani Burki asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang sudah lima tahun bergabung dengan Alibaba Group di Hangzhou punya cerita tersendiri.
Menurut dia, Alibaba memperingati ulang tahun para karyawan dengan cara yang tidak biasa dengan menggunakan filosofi minuman anggur berkualitas.
Para karyawan mendapatkan apresiasi berupa pin bagi yang baru bekerja selama setahun, liontin giok bagi yang tiga tahun, dan cincin emas 18 karat untuk masa kerja lima tahun.
"Ibarat anggur yang memberikan aroma harum dalam masa satu tahun. Kemudian lembut saat memasuki masa tiga tahun dan baru matang setelah lima tahun. Sebagai karyawan, tentu rasanya terharu mendapatkan apresiasi itu," katanya mengenai filosofi Jack Ma tentang minuman anggur itu.
Kejutan lain didapat Dian Safitri yang mengepalai bidang Corporate Affairs Alibaba di Indonesia dari perusahaannya.
"Suatu hari saya menerima dua syal sutra yang cantik dari kantor pusat. Ketika membaca kartu ucapan, saya mengetahui bahwa ini merupakan hadiah Alibaba yang ditujukan untuk kedua orangtua saya," ujarnya.