Jakarta (ANTARA) - Di usia yang baru menginjak 10 tahun, Chessy Meilandri asal Ciamis, Jawa Barat, bahkan belum cukup umur untuk mengajukan permohonan membuat Surat Izin Mengemudi (SIM) ke kantor polisi setempat.
Namun, bocah yang masih duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar (SD) itu sudah malang melintang di dunia balap motor nasional dalam tiga tahun terakhir ini menunggangi berbagai motor di kelas yang berbeda.
Chessy Meilandri ingat pertama kali mengemudikan sepeda motor ketika masih berusia tujuh tahun.
Kala itu sang ayah menghadiahinya sebuah motor kecil bermesin 50cc. Sejak mengendarai motor pertamanya, putra kedua pebalap offroad Jajang Nugraha itu menekuni hobi barunya sebagai pebalap cilik.
Di saat anak-anak seumurannya bermain mobil-mobilan, Chessy sudah menggunakan waktunya untuk mengasah kemampuan dan pengalaman sebagai pebalap, motorcross menjadi pilihan awalnya.
Dari pertama kali membalap pada Oktober 2016, Chessy telah membawa pulang berbagai trofi dari kejuaraan balap motor baik di lintasan tanah maupun aspal. "Di rumah ada 100 lebih (trofi)," ungkap Chessy ketika ditemui di Jakarta, Rabu pekan lalu (26/6).
Di akun instagramnya @chessymeilandri99, bocah bahkan belum bisa berdiri dengan dua kaki di atas jok motor standar itu telah mengunggah ratusan foto dirinya melibas trek tanah dan jalanan dengan berbagai macam motor juga ketika dirinya naik podium beserta pebalap-pebalap cilik lainnya.
Akhir pekan nanti, Chessy akan ikut meramaikan ajang balap motor Kejurnas Oneprix - Indonesia Motorprix Championship 2019 yang akan memulai seri perdananya di Sirkuit Bukit Peusar, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sebagai pebalap termuda di kejuaraan itu, Chessy yang akan turun di kelas rookie 16 tahun bebek 150cc itu pun sudah tak asing lagi dengan trek Bukit Peusar yang menjadi tempat latihannya setiap pekan.
"Latihan seminggu tiga kali dari jam 10 sampai jam 4... Habis sekolah latihan, terus malamnya latihan fisik," kata pebalap tim Honda Auto 529 itu terkait persiapannya.
Sang pelatih, Okky Ristan, pun telah mempersiapkan latihan fisik untuk menjaga stamina anak asuhnya tersebut.
"Target di seri pertama mungkin buat rookie 16 tahun di peringkat lima," kata Okky, yang telah satu tahun melatih Chessy.
Persaingan pun akan berat karena Chessy akan melawan para pebalap yang lebih senior dari dia, ungkap Okky.
Sedangkan regulasi tidak mengizinkan Chessy menggunakan motor yang disesuaikan dengan ukuran tubuhnya yang mungil. "Tetap pakai motor buat dewasa. Kalau start saja dia (berdiri) di dek depan, bukan di jok," kata Okky.
Namun, setelah meluncur, Chessy pun mampu bermanuver di tikungan dengan gesit layaknya pebalap yang lebih senior.
Okky melihat talenta bocah kelahiran Ciamis, 19 Mei 2009 itu muncul di umur yang sangat muda.
Tak hanya motor kecil, motor bebek, bahkan motor sekelas CBR150 cc tak jadi kendala untuk Chessy.
Pada Maret tahun ini, Chessy juga dinobatkan sebagai pebalap termuda yang lolos seleksi Astra Honda Racing School 2019 salah satu ajang pembinaan pebalap muda.
Seleksi yang dilakukan Astra Honda Racing itu mengajak talenta pebalap muda yang berusia rata-rata di bawah 14 tahun.
"Ketika menggunakan CBR di Astra Honda Racing School, Chessy bahkan membuat waktu terbaik," kata Okky.
"Chessy karakternya berani mencoba," ungkap Okky soal kesehariannya melatih.
Namun, namanya melatih anak-anak, Okky pun harus menggunakan pendekatan yang berbeda dari melatih pebalap dewasa.
"Dia anaknya masih suka nangis, kalau ada yang tidak dituruti dia nangis," kata Okky.
"Mungkin buat mengatur bocah seumuran ini kita harus mengerti kemauannya dia dahulu. Anak segede ini dikerasi belum bisa. Kita harus ikuti dulu alurnya, maunya bagaimana."
Untungnya sang pebalap dan pelatih menemukan kecocokan dan kenyamanan dalam menjalani latihan. Masukan dari pelatih pun bisa langsung dipraktekkan oleh sang pebalap.
Sedikitnya dua sesi masing-masing sebanyak 20 putaran dilibas Chessy ketika latihan. Setelah itu dilanjutkan latihan fisik di gym, lari di atas treadmil dan sedikit latihan beban.
"Semoga jika ada prestasi dia bisa naik ke level yang lebih tinggi," harap Okky.
Chessy hanya lah satu dari sekian banyak talenta muda dunia olahraga otomotif di Tanah Air yang tak hanya membutuhkan pembinaan prestasi namun juga pembinaan profesional.
"Pembinaan prestasi harus ada bantuan dari pemerintah, tapi pada saat atlet itu menjadi profesional sebaiknya pemerintah memberi bantuan jika dia mengharumkan nama bangsa di ajang resmi," harap ketua Ikatan Motor Indonesia Sadikin Aksa.
Sore itu ketika ditanya siapa pebalap yang menjadi idola, Chessy menjawab, "Marquez". Kenapa? "Karena dia kencang," jawabnya.
Kalau sudah besar ingin balapan di MotoGP enggak? "Pengen," pungkas si pebalap cilik.
Masih banyak waktu dan kesempatan bagi Chessy untuk melebarkan sayapnya di dunia olahraga otomotif. Dan bukan mungkin saja pebalap cilik itu bisa mengikuti jejak pebalap idolanya, Marc Marquez, di kasta tertinggi olahraga balap motor itu.
Namun, bocah yang masih duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar (SD) itu sudah malang melintang di dunia balap motor nasional dalam tiga tahun terakhir ini menunggangi berbagai motor di kelas yang berbeda.
Chessy Meilandri ingat pertama kali mengemudikan sepeda motor ketika masih berusia tujuh tahun.
Kala itu sang ayah menghadiahinya sebuah motor kecil bermesin 50cc. Sejak mengendarai motor pertamanya, putra kedua pebalap offroad Jajang Nugraha itu menekuni hobi barunya sebagai pebalap cilik.
Di saat anak-anak seumurannya bermain mobil-mobilan, Chessy sudah menggunakan waktunya untuk mengasah kemampuan dan pengalaman sebagai pebalap, motorcross menjadi pilihan awalnya.
Dari pertama kali membalap pada Oktober 2016, Chessy telah membawa pulang berbagai trofi dari kejuaraan balap motor baik di lintasan tanah maupun aspal. "Di rumah ada 100 lebih (trofi)," ungkap Chessy ketika ditemui di Jakarta, Rabu pekan lalu (26/6).
Di akun instagramnya @chessymeilandri99, bocah bahkan belum bisa berdiri dengan dua kaki di atas jok motor standar itu telah mengunggah ratusan foto dirinya melibas trek tanah dan jalanan dengan berbagai macam motor juga ketika dirinya naik podium beserta pebalap-pebalap cilik lainnya.
Akhir pekan nanti, Chessy akan ikut meramaikan ajang balap motor Kejurnas Oneprix - Indonesia Motorprix Championship 2019 yang akan memulai seri perdananya di Sirkuit Bukit Peusar, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sebagai pebalap termuda di kejuaraan itu, Chessy yang akan turun di kelas rookie 16 tahun bebek 150cc itu pun sudah tak asing lagi dengan trek Bukit Peusar yang menjadi tempat latihannya setiap pekan.
"Latihan seminggu tiga kali dari jam 10 sampai jam 4... Habis sekolah latihan, terus malamnya latihan fisik," kata pebalap tim Honda Auto 529 itu terkait persiapannya.
Sang pelatih, Okky Ristan, pun telah mempersiapkan latihan fisik untuk menjaga stamina anak asuhnya tersebut.
"Target di seri pertama mungkin buat rookie 16 tahun di peringkat lima," kata Okky, yang telah satu tahun melatih Chessy.
Persaingan pun akan berat karena Chessy akan melawan para pebalap yang lebih senior dari dia, ungkap Okky.
Sedangkan regulasi tidak mengizinkan Chessy menggunakan motor yang disesuaikan dengan ukuran tubuhnya yang mungil. "Tetap pakai motor buat dewasa. Kalau start saja dia (berdiri) di dek depan, bukan di jok," kata Okky.
Namun, setelah meluncur, Chessy pun mampu bermanuver di tikungan dengan gesit layaknya pebalap yang lebih senior.
Okky melihat talenta bocah kelahiran Ciamis, 19 Mei 2009 itu muncul di umur yang sangat muda.
Tak hanya motor kecil, motor bebek, bahkan motor sekelas CBR150 cc tak jadi kendala untuk Chessy.
Pada Maret tahun ini, Chessy juga dinobatkan sebagai pebalap termuda yang lolos seleksi Astra Honda Racing School 2019 salah satu ajang pembinaan pebalap muda.
Seleksi yang dilakukan Astra Honda Racing itu mengajak talenta pebalap muda yang berusia rata-rata di bawah 14 tahun.
"Ketika menggunakan CBR di Astra Honda Racing School, Chessy bahkan membuat waktu terbaik," kata Okky.
"Chessy karakternya berani mencoba," ungkap Okky soal kesehariannya melatih.
Namun, namanya melatih anak-anak, Okky pun harus menggunakan pendekatan yang berbeda dari melatih pebalap dewasa.
"Dia anaknya masih suka nangis, kalau ada yang tidak dituruti dia nangis," kata Okky.
"Mungkin buat mengatur bocah seumuran ini kita harus mengerti kemauannya dia dahulu. Anak segede ini dikerasi belum bisa. Kita harus ikuti dulu alurnya, maunya bagaimana."
Untungnya sang pebalap dan pelatih menemukan kecocokan dan kenyamanan dalam menjalani latihan. Masukan dari pelatih pun bisa langsung dipraktekkan oleh sang pebalap.
Sedikitnya dua sesi masing-masing sebanyak 20 putaran dilibas Chessy ketika latihan. Setelah itu dilanjutkan latihan fisik di gym, lari di atas treadmil dan sedikit latihan beban.
"Semoga jika ada prestasi dia bisa naik ke level yang lebih tinggi," harap Okky.
Chessy hanya lah satu dari sekian banyak talenta muda dunia olahraga otomotif di Tanah Air yang tak hanya membutuhkan pembinaan prestasi namun juga pembinaan profesional.
"Pembinaan prestasi harus ada bantuan dari pemerintah, tapi pada saat atlet itu menjadi profesional sebaiknya pemerintah memberi bantuan jika dia mengharumkan nama bangsa di ajang resmi," harap ketua Ikatan Motor Indonesia Sadikin Aksa.
Sore itu ketika ditanya siapa pebalap yang menjadi idola, Chessy menjawab, "Marquez". Kenapa? "Karena dia kencang," jawabnya.
Kalau sudah besar ingin balapan di MotoGP enggak? "Pengen," pungkas si pebalap cilik.
Masih banyak waktu dan kesempatan bagi Chessy untuk melebarkan sayapnya di dunia olahraga otomotif. Dan bukan mungkin saja pebalap cilik itu bisa mengikuti jejak pebalap idolanya, Marc Marquez, di kasta tertinggi olahraga balap motor itu.