Sentani (ANTARA News) - Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Keerom, Papua, Dorkas Suebu mengatakan, masyarakat di pedalaman mulai memahami program Keluarga Berencana (KB).

"Selama ini masyarakat hanya terfokus bahwa KB itu dengan duacukup, sehingga mereka kurang menerima program itu", kata Dorkas di Arso, ibukota Kabupaten Keerom, Kamis

Dia mengatakan, setelah dirinya memberikan pehamanan melalui pendekatakan kepada suami sebagai kepala keluarga dan memberikan pemahaman bahwa program KB bukan membatasi dua anak, melainkan mengatur jarak kelahiran, maka masyarakat mulai memahami program tersebut.

"Melalui penyuluhan kita memberikan pemahaman bahwa ibu tidak hanya hamil dan mengurus anak, tapi juga mengurus diri, mengurus keluarga, agar tercipta keluarga yang sehat dan berkualitas", kata Dorkas

Dia mengakui, masyarakatnya, terutama yang berada di daerah pedalaman, beranggapan bahwa program KB adalah melarang kaum ibu melahirkan, sehingga mereka enggan mengikuti program KB.

Akibatnya, kata dia, tingkat kematian ibu dan anak tinggi, karena proses kehamilan yang berdekatan dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan.

Sesuai data yang dikutip dari buku yang diterbitkan Humas Kabupaten Keerom, pemahaman tentang kesehatan keluarga dilakukan berbagai cara.

Cara itu, misalnya, penyuluhan yang dilakukan melalui kemitraan peningkatan kesehatan anak dan balita, pelayanan kesehatan penduduk miskin, dan peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.

Kabupaten Keerom yang berbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini kondisi geografisnya sulit ditempuh.

Jarak antardistrik saling berjauhan dan perlu berjam-jam perjalanan untuk mengunjungi satu distrik ke distrik lainnya.

Sejumlah distrik hanya bisa dijangkau dengan menggunakan pesawat kecil, yaitu Distrik Toe dengan tarif carteran Rp 15 juta atau Rp 7,5 juta per orang. (T.KR-HLM/s018)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024