Makassar (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Burung Indonesia telah menjangkau 202 desa dan komunitas yang tersebar di enam provinsi untuk mendorong penguatan keanekaragaman hayati sebagai bagian program kemitraan Wallacea.
"Dari kegiatan yang sudah dijalankan sejak 2015 itu, hingga kini sudah ada 26.008 orang penerima manfaat dan 10.000 orang di antaranya adalah perempuan," kata Direktur Eksekutif Burung Indonesia Dian Agista di sela kegiatan "Merayakan Capaian Konservasi di Wallacea" di Makassar, Rabu.
Menurut dia, program ini diharapkan berkontribusi meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat dalam perlindungan kehati melalui berbagai pelatihan dan edukasi, asistensi dan pelibatan dalam perumusan kesepakatan dan kebijakan di berbagai tingkatan.
Pada pertemuan para pihak di Makassar ini sebagai kegiatan akhir program, lanjut dia, berbagai capaian akan dipromosikan kepada para pihak agar dapat direplikasi di lebih banyak daerah.
Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Pemprov Sulsel Muhammad Firda mengatakan, pihaknya mengapresiasi Burung Indonesia yang sudah memberikan binaan di daerah wilayah Wallacea yakni di Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Terkait dengan konservasi ini bukan hanya memikirkan masalah lingkungannya, binatangnya, masyarakatnya dan nilai ekonominya saja secara parsial, tetapi secara keseluruhan," katanya.
Sebagai gambaran, destinasi wisata kawasan pegunungan Kars di Rammang-Rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan selama ini banyak kawanan burung yang melintas di lokasi itu. Namun karena adanya aktivitas perahu yang membawa wisatawan menyusuri sungai di kawasan pegunungan Kars, akhirnya terusik dan menjauh akibat suara bising mesin kapal.
"Nah, semua itu harus dipikirkan. Karena itu ke depan agar kawanan burung itu tidak terusik dengan suara mesin kapal, mungkin mesinnya akan diganti dengan mesin yang tidak bising atau yang menggunakan elektrik," katanya.
Sementara itu, Grant Director Critical Ecosystem, Daniel Rothberg mengatakan, selaku donor yang mendukung Program Kemitraan Wallacea di Indonesia selama lima tahun, tentu tetap akan membantu memberikan dukungan.
Grant Director Critical Ecosystem, Daniel Rothberg disela kegiatan "Merayakan Capaian Konservasi di Wallacea" di Makassar, Selasa (02/10/2019). ANTARA /Suriani Mappong
"Diharapkan setelah program ini berakhir, praktik cerdas dan kearifan lokal di lapangan dapat direplikasi dan dilanjutkan dengan dukungan pemerintah setempat," katanya.
LSM Burung yang fokus pada pelestarian burung liar dan habitatnya itu selama kegiatannya di Makassar 1 - 3 Oktober 2019 akan menggelar beberapa kegiatan di antaranya peluncuran buku dan pemutaran film dokumenter Wallacea di Gedung Mulo, Makassar.
"Dari kegiatan yang sudah dijalankan sejak 2015 itu, hingga kini sudah ada 26.008 orang penerima manfaat dan 10.000 orang di antaranya adalah perempuan," kata Direktur Eksekutif Burung Indonesia Dian Agista di sela kegiatan "Merayakan Capaian Konservasi di Wallacea" di Makassar, Rabu.
Menurut dia, program ini diharapkan berkontribusi meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat dalam perlindungan kehati melalui berbagai pelatihan dan edukasi, asistensi dan pelibatan dalam perumusan kesepakatan dan kebijakan di berbagai tingkatan.
Pada pertemuan para pihak di Makassar ini sebagai kegiatan akhir program, lanjut dia, berbagai capaian akan dipromosikan kepada para pihak agar dapat direplikasi di lebih banyak daerah.
Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Pemprov Sulsel Muhammad Firda mengatakan, pihaknya mengapresiasi Burung Indonesia yang sudah memberikan binaan di daerah wilayah Wallacea yakni di Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Terkait dengan konservasi ini bukan hanya memikirkan masalah lingkungannya, binatangnya, masyarakatnya dan nilai ekonominya saja secara parsial, tetapi secara keseluruhan," katanya.
Sebagai gambaran, destinasi wisata kawasan pegunungan Kars di Rammang-Rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan selama ini banyak kawanan burung yang melintas di lokasi itu. Namun karena adanya aktivitas perahu yang membawa wisatawan menyusuri sungai di kawasan pegunungan Kars, akhirnya terusik dan menjauh akibat suara bising mesin kapal.
"Nah, semua itu harus dipikirkan. Karena itu ke depan agar kawanan burung itu tidak terusik dengan suara mesin kapal, mungkin mesinnya akan diganti dengan mesin yang tidak bising atau yang menggunakan elektrik," katanya.
Sementara itu, Grant Director Critical Ecosystem, Daniel Rothberg mengatakan, selaku donor yang mendukung Program Kemitraan Wallacea di Indonesia selama lima tahun, tentu tetap akan membantu memberikan dukungan.
"Diharapkan setelah program ini berakhir, praktik cerdas dan kearifan lokal di lapangan dapat direplikasi dan dilanjutkan dengan dukungan pemerintah setempat," katanya.
LSM Burung yang fokus pada pelestarian burung liar dan habitatnya itu selama kegiatannya di Makassar 1 - 3 Oktober 2019 akan menggelar beberapa kegiatan di antaranya peluncuran buku dan pemutaran film dokumenter Wallacea di Gedung Mulo, Makassar.